Mataram (Inside Lombok) – Proses pembelian rumah subsidi melalui kredit diakui masih berat di persyaratannya. Terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Untuk itu dibutuhkan kebijakan-kebijakan khusus yang memudahkan masyarakat mengajukan kepemilikan rumah subsidi.
“Kalau rumah subsidi, syaratnya yang berat. Bagi pengembang, maupun konsumen,” ujar Ketua Real Estate Indonesia (REI) Provinsi NTB, H. Heri Susanto, Selasa (30/5). Dikatakan, syarat yang berat bagi pengembang ada pada izin-izin pembangunan kawasan.
Izin-izin ini harus dipenuhi pengembang termasuk izin pemerintah pusat dan izin pemerintah daerah. Di mana untuk pengurusan IMB dilakukan secara online dan lebih memudahkan, meski ada beberapa izin di daerah yang kemudian justru berbenturan.
“Misalnya, yang masih ambigu dan abu-abu adalah soal lahan pertanian berkelanjutan. Daerah tidak membuat izin yang terang benderang. Persyaratan dari tahun ke tahun selalu ada penambahan, perubahan dan tidak diiringi oleh kebijakan yang bisa mempermudah MBR mendapatkannya,” bebernya.
Sementara di satu sisi, persyaratan untuk perumahan semakin bertambah. Kemudian kebijakan masyarakat untuk mendapatkan rumah subsidi dengan mudah juga tidak berkurang. Maka dari itu diharapkan dapat disesuaikan agar MBR bisa mudah mengakses rumah subsidi.
“Pasarnya untuk MBR ini masih sangat terbuka. Jumlah kebutuhan rumah di NTB di atas 100 ribu rumah. Tapi yang bankable hanya sedikit. Nah, diperlukan kebijakan khusus agar lebih memudahkan masyarakat,” jelasnya.
Di sisi lain, pihaknya juga melihat penjualan rumah komersil justru tumbuh positif beberapa waktu belakangan. Tren pembelian rumah ini berubah dibanding 2022 lalu, di mana masyarakat masih lebih memilih rumah subsidi, lantaran harga rumah komersil terbilang mahal di angka Rp400 juta hingga Rp1 miliar.
“Sekarang daya beli masyarakat ada peningkatkan. Uang orang itu ada sebenarnya untuk beli (rumah) komersial, dan rumah komersil ini dibeli secara cash,” ujar Heri. Tren positif penjualan rumah komersil itu diakui membuat pengembang juga menambah unit yang dibangun.
Lain halnya dengan penjual rumah subsidi. Di mana pasarnya memang bagus dan peminatnya cukup banyak. Terutama dari kelompok muda yang mulai melirik kepemilikan rumah sebagai bagian dari investasi. (dpi)