Lombok Barat (Inside Lombok) – Seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Dusun Eyat Mayang, Desa Eyat Mayang, Kecamatan Lembar, Lombok Barat (Lobar) sempat kritis di Pahang, Malaysia, lantaran menjadi korban dugaan percobaan pembunuhan pada 6 januari lalu. Pihak keluarga pun datang mengadu ke DPRD Lobar, meminta bantuan pemerintah untuk memulangkan korban.
Korban yang diketahui bernama Leman (41) sekarang sedang dalam perawatan di rumah sakit setempat. Tantowi Jauhari, anak dari korban menuturkan ayahnya diduga menjadi korban dugaan percobaan pembunuhan atau penganiayaan oleh sejumlah pelaku hingga sempat koma.
“Informasi yang kami dapatkan kejadiannya tanggal 6 Januari 2025, tapi kami kesulitan mendapat kabar soal itu, sehingga kami tahu tiga hari setelah itu. Kabar itu kami peroleh dari bosnya, karena ada yang membantu secara diam-diam, share di Facebook. Itu menyebabkan bosnya ini takut, sehingga menelpon kami memberi tahu soal kondisi bapak saya,” tutur Tantowi saat ditemui di gedung DPRD Lobar, Rabu (15/01/2025).
Kata dia, setelah majikan dari ayahnya mengetahui informasi tersebut dan merasa takut, yang bersangkutan pun langsung menghubunginya secara diam-diam untuk memberitahukan kondisi bapaknya. “Sempat koma, tapi alhamdulillah sekarang sudah membaik. Kami sebagai anak sangat merindukan orang tua ingin bertemu namun keadaan kami sangat sulit untuk bisa membawa dia pulang,” ungkapnya.
Saat ditanya terkait apa yang menyebabkan bapaknya dikeroyok oleh para pelaku, Tantowi mengaku tidak tahu persis alasannya. Namun dari informasi yang diperoleh, sebelum kejadian, sekitar pukul 03.00 dini hari teman-teman korban datang ke asrama, kemudian korban disuruh lari dari tempat itu karena akan ada polisi yang datang. Namun korban tidak mau lari, karena belum pasti ada polisi yang datang.
“Setelah itu, mereka semua (teman-temannya, Red) balik mencari ayah saya. Nah disitulah dia ditebas, dipukul dihantam, dikeroyok,” beber Tantowi. Berdasarkan informasi yang diterimanya, pelaku yang menganiaya ayahnya berjumlah tujuh orang. Enam diantaranya telah ditangkap, sedangkan satu orang melarikan diri.
Berdasarkan informasi dari pihak dokter yang menangani dan kondisi ayahnya yang dia lihat saat panggilan video, Tantowi melihat ada luka pada bagian dada sebelah kiri ayahnya, nyaris kena jantung akibat tusukan. Kemudian pada bagian pinggang belakang serta bagian tangan juga mengalami luka.
Pihak keluarga pun telah berupaya semaksimal mungkin untuk bisa memulangkan korban. Namun kondisi ekonomi membuat mereka sulit untuk berbuat lebih. Di mana pihak rumah sakit di Malaysia juga meminta tebusan sejumlah 13 ribu Ringgit atau Rp55 juta.
Diakui Tantowi, ada orang Lombok yang berada di Malaysia yang juga mau menolong mengeluarkan ayahnya dari rumah sakit, dengan meminta biaya 3 ribu Ringgit atau Rp12 juta. Namun setelah pihak keluarga mengirimkan uang tersebut, ternyata ayahnya tidak bisa dikeluarkan. Alasannya karena uang Rp12 juta itu sebagai jaminan awal.
Pihaknya juga telah melapor dan mengadukan kasus ini ke BP3MI. Namun belum ada informasi lebih lanjut. Selain itu, keluarga korban juga sudah melaporkan ini ke Disnaker Lobar. “Harapan kami supaya beliau sehat, kami berharap bantuan dari Pemerintah untuk biayai dan bisa dipulangkan,” harap Tantowi.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi IV DPRD Lobar M Munib menyebut pihaknya telah menyampaikan laporan ini dan berkoordinasi dengan Disnaker Lobar. Meski korban diketahui berangkat secara non prosedural, namun menurut politisi PPP ini, haknya sebagai WNI harus tetap dijamin oleh pemerintah. “Pemerintah harus menjamin keselamatan dan hak asasi WNI nya di luar negeri,” tegasnya.
Sementara itu, Plt Kadisnaker Lobar, Baiq Fuji Qadarni menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima keluarga dari PMI yang bersangkutan di kantornya. Saat ini diakuinya, pihaknya telah meneruskan laporan dari keluarga korban ini ke pihak berwenang, seperti BP3MI dan Disnaker NTB. (yud)