25.5 C
Mataram
Senin, 6 Mei 2024
BerandaBerita UtamaAntisipasi Aksi Perundungan di Sekolah, Pengawasan di Jam Istirahat Dimaksimalkan

Antisipasi Aksi Perundungan di Sekolah, Pengawasan di Jam Istirahat Dimaksimalkan

Mataram (Inside Lombok) – Guna mengantisipasi adanya aksi perundungan di lingkungan sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi NTB meminta agar ada guru yang melakukan pengawasan di masing-masing kelas. Pengawasan yang dilakukan khususnya pada saat jam istirahat.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTB, Aidy Furqon mengatakan aksi perundungan rawan terjadi pada saat jam istirahat. Sehingga harus ada guru atau pegawai yang melakukan pengawasan secara rutin di masing-masing kelas. “Membuat piket di jam istirahat. Karena biasanya lengah dari pemantauan. Karena guru juga lagi capek-capeknya dan butuh makan dan istirahat saat itu,” katanya.

Selain pengawasan oleh pihak guru, para siswa juga memiliki tugas yang sama. “Bagusnya pada jam istirahat anak-anak tidak ada yang di dalam kelas. Cuma kan tidak semua anak-anak pada jam istirahat itu pada keluar beli makanan,” katanya.

Upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi adanya perundungan di lingkungan sekolah yaitu dengan membuka semua jendela kelas. Artinya, gorden jendela dibuka agar kelas bisa terlihat lebih jelas. “Kalau ada jendela yang masih buram atau gorden yang menyebabkan tidak terlihat orang di dalam saya minta untuk dibersihkan, agar semua orang di dalam terlihat,” sarannya.

- Advertisement -

Pernyataan ini disampaikan, karena adanya aksi perundungan yang terjadi di salah satu sekolah di Lombok Tengah beberapa waktu lalu. Meski kedua belah pihak sudah berdamai, aksi tersebut diharapkan tidak terulang kembali di sekolah yang lain.

“Dari anak didik selesai peristiwa itu tidak ada masalah, tapi karena viral ada keluarga yang tidak terima, dan itu saya fasilitasi dan sudah berdamai di depan polisi,” katanya.

Aksi perundungan yang terjadi di Lombok Tengah tersebut menurutnya hanya bercanda dengan teman-temannya. Namun karena divideokan dan dilihat oleh banyak orang, maka ada keluarga yang merasa keberatan.

“Usia sekolah ada saja kelompok dan ada saja yang bercanda itu berlebihan dan di-video, sehingga ada keluarga yang tidak menerima. Padahal selesai itu mereka bareng lagi,” katanya. (azm)

- Advertisement -

Berita Populer