27.5 C
Mataram
Jumat, 3 Mei 2024
BerandaBerita UtamaHarga Masih Tinggi, Pemerintah Bakal Subsidi Minyak Goreng

Harga Masih Tinggi, Pemerintah Bakal Subsidi Minyak Goreng

Mataram (Inside Lombok)- Harga minyak goreng yang mencapai Rp19 ribu per liter banyak dikeluhkan masyarakat. Untuk menekan kenaikan harga tersebut, pemerintah pusat mencanangkan subsidi harga minyak goreng.

Rencana subsidi saat ini tengah digodok pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag). Terlebih kenaikkan harga minyak gorengan kemasan terjadi hampir di seluruh Indonesia, termasuk NTB.

“Dari kebijakan pemerintah pusat juga mudah-mudahan ada model yang bisa dikembangkan dalam bentuk subsidi dan sebagainya, untuk penormalan harga dari minyak goreng dalam kemasan ini,” kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB, H. Fathurrahman, Kamis (6/1).

Naiknya Crude Palm Oil (CPO) dunia membuat harga minyak goreng mengalami kenaikkan cukup tinggi. Menyikapi kondisi tersebut, Disdag NTB beberapa waktu lalu telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan terkait langkah-langkah menekan harga minyak goreng di pasaran.

- Advertisement -

“Insyaallah kita akan ada operasi pasar, berkaitan dengan (kenaikan harga) itu. Tetapi memang kesulitan kita di sini itu karena belum ada distributor penampung,” tuturnya.

Artinya produsen yang menampung untuk kuota atau jatah dari minyak dalam kemasan yang murah tidak tersedia. Dengan harga dibanderol sekitar Rp14 ribuan, kenaikan harga ini diupayakan oleh pemerintah pusat dan daerah agar bisa turun.

Selain itu, koordinasi juga beberapa kali dilakukan dengan distributor, karena distributor besarnya ada di Jawa Timur. “Ini sedang kita coba sub agen distributornya di NTB. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini,” ujarnya.

Operasi pasar dan rencana subsidi sendiri diakui masih digodok oleh Kementerian Perdagangan. Informasi awal untuk dua program tersebut telah disampaikan Direktur Bapokting Kementerian Perdagangan lewat video konferensi. “Rencananya begitu, kita tunggu lah,” ucap Fathur.

Sementara itu, untuk komoditi telur, cabe rawit yang juga mengalami kenaikkan banyak dikeluhkan masyarakat. Namun harga telur sekarang ini dalam posisi normal jika dibandingkan sebelumnya, sedangkan cabe rawit tinggi karena kondisi cuaca hasil panen berkurang sehingga harganya naik.

“Artinya penyerapan sudah lebih seimbangan karena aktivitas perdagangan hotel restoran sudah mulai menggeliat untuk telur. Kalau cabe rawit harganya dibawah Rp50 ribu, tidak terlalu tinggi dibanding daerah lain sampai Rp100 ribuan,” tandasnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer