24.5 C
Mataram
Kamis, 16 Mei 2024
BerandaBerita UtamaPenuhi Kebutuhan, NTB Datangkan Beras dari Thailand dan Jatim

Penuhi Kebutuhan, NTB Datangkan Beras dari Thailand dan Jatim

Mataram (Inside Lombok) – Provinsi NTB mau tidak mau harus mendatangkan beras impor dari Thailand dan Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan di dalam daerah. Meski dikenal sebagai daerah lumbung pangan, stok beras di dalam daerah saat ini disebut sangat kurang karena dipengaruhi oleh cuaca ekstrem berkepanjangan pada 2023 lalu, yang turut mempengaruhi produksi petani.

“Dari Jawa Timur sebanyak 45 ribu ton. Sebagian sudah berjalan, dan sebanyak 23 ribu ton sedang dalam perjalanan masuk ke NTB. Kemudian langsung dari negara asal impor, yaitu Thailand sebanyak 13 ribu ton. Ada juga dari Vietnam direncanakan 12 ribu ton, tapi nanti dipastikan lagi yang dari Vietnam ini,” ujar Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Raden Guna Dharma, Selasa (27/2).

Dijelaskan, selain karena cuaca ekstrem stok di dalam daerah juga menipis karena banyaknya beras NTB yang dibawa ke luar daerah pada 2023 lalu. Belum lagi di tengah terbatasnya produksi, ada tuntutan penyaluran beras bantuan pangan dari pemerintah sebanyak 10 kg per penerima yang mencapai 643 ribu orang, artinya butuh 600 ton lebih beras per penyaluran atau 3.6 ribu ton untuk penyaluran dari Januari – Juni 2024 ini.

Saat ini beras yang ada di Bulog per 26 Februari 2024 sebanyak 4.7 ribu ton. Sedangkan kebutuhan setiap bulan di dalam daerah sebesar 45-50 ribu ton, belum termasuk untuk bantuan pangan. Upaya mendatangkan beras dari luar negeri secara langsung ini sudah disampaikan untuk permakluman kepada Penjabat Gubernur NTB sebagai kepala daerah.

- Advertisement -

“Sudah (disampaikan, Red) dan diberikan lampu hijau juga. Rencananya awal Maret akan masuk (beras dari Thailand). Kita juga sudah berkoordinasi dengan Bea Cukai dan Balai Karantina untuk mengawal beras impor ini masuk di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa,” terangnya.

Diterangkan, dengan mendatangkan beras langsung dari negara asalnya, maka NTB akan dapat PAD, dan tenaga kerja yang terserap akan lebih besar. Di sisi lain, harga gabah ditingkat petani sudah mencapai Rp7.5 – 8 ribu per kg. Jika dikonversi menjadi beras, harganya sudah mencapai Rp16 ribu per kg, sehingga harga beras hingga ke tingkat konsumen cukup tinggi.

“Untuk itu, kami di Bulog menyalurkan secara tepat waktu beras bantuan pangan yang disalurkan selama enam bulan. Beras bantuan pangan ini diharapkan akan mempengaruhi harga beras di pasaran,” demikian. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer