34.5 C
Mataram
Jumat, 11 Oktober 2024
BerandaBerita UtamaPotensi Pariwisata Belum Digarap Maksimal, Pemda Lobar Diminta Lebih Fokus

Potensi Pariwisata Belum Digarap Maksimal, Pemda Lobar Diminta Lebih Fokus

Lombok Barat (Inside Lombok) – Besarnya potensi pariwisata di Lombok Barat (Lobar) sangat disayangkan belum terkelola dengan baik. Hal ini pun menjadi perhatian berbagai pihak. Salah satunya dari Komunitas Peduli Pariwisata (Komppas) yang menyatakan akan membantu pemerintah daerah (pemda) melakukan pemetaan potensi desa wisata yang ada.

“Kita hearing dengan Komisi II, kita coba memberikan satu konsep untuk membangun desa wisata yang ada di Lobar. Karena di SK Bupati soal desa wisata itu kalau dianalisa, belum ada pemerataan dengan satu pendekatan,” kata ketua Komppas, Zulhairi saat ditemui di gedung DPRD Lobar, Kamis (21/07/2022).

Karena rata-rata potensinya masih hanya pada wisata alam. Sementara untuk mulai mengembangkan potensi yang ada, diperlukan juga pendekatan melalui tiga komponen, budaya, alam dan UMKM yang ada di sana. “Dari tiga pendekatan ini lah nantinya kita akan bisa melakukan pemetaan terhadap desa-desa wisata yang ada di Lobar,” jelasnya.

Berbagai pertunjukan kebudayaan pun turut menjadi hal penting yang perlu digelar secara rutin. Sebagai upaya untuk tetap melestarikan identitas kebudayaan yang sudah turun temurun dijaga para orang tua.

- Advertisement -

Pihaknya sudah mencoba mendesain suatu situs yang diberi nama “Desa Wisataku”. Di mana melalui situs itu, mereka akan membantu mempromosikan desa-desa wisata yang memang sudah siap terpublikasi.

“Kita akan tempatkan mereka di situ (promosi situs dan media sosial) sampai kita akan lakukan pembinaan, sampai kita akan pasang paket untuk desa wisata itu,” papar pria berkacamata itu. Ia memberi saran agar pemda bisa lebih fokus lagi untuk membangun pariwisata. Terlebih berbagai potensi alam, budaya dan UMKM Lobar dinilai kaya.

Namun, pihaknya menyayangkan, banyak lokasi yang bisa menjadi tempat atraksi kebudayaan yang justru dibiarkan nganggur oleh pemerintah daerah, misalnya saja Taman Budaya Jayengrane. “Kalau misalnya, Taman Budaya Jayengrane itu saja tidak digunakan. Maka, kemungkinan nih 2025 identitas kita sebagai orang Sasak itu hilang,” ketusnya. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer