25.5 C
Mataram
Kamis, 2 Mei 2024
BerandaEkonomiHarga Belut Sawah Naik Karena Musim Kemarau, Pedagang Semringah

Harga Belut Sawah Naik Karena Musim Kemarau, Pedagang Semringah

Lombok Barat (Inside Lombok) – Masuknya musim kemarau rupanya turut berpengaruh terhadap harga jual belut sawah, yang awalnya per kilogram (kg) berkisar Rp115 ribu, kini menembus angka Rp135 ribu untuk belut yang sudah dibersihkan dan dibakar.

“Kalau untuk saat ini, yang belut sawah itu Rp135 perkilo yang sudah dibakar, kalau yang sudah dibersihkan saja itu Rp115 ribu,” ujar salah seorang pedagang belut sawah, Lalu Jabani.

Sebelum memasuki musim kemarau, harga normal belut sawah disebut mencapai Rp85 ribu per kg-nya. Jabani biasa menjual belut secara online, baik melalui pesan WhatsApp maupun media sosial Facebook.

“Karena saat ini kan sudah masuk musim kering, jadinya belut sawah ini kan dia paling tidak masuk setengah meter dari permukaan tanah untuk mencari air,” tuturnya. Jabani mengaku ia biasanya berburu belut setiap malam di sawah-sawah yang ada di dekat rumahnya. Namun, karena saat ini sudah memasuki musim kemarau, ia dan rekan-rekannya pun harus mencari ke lokasi yang agak jauh.

- Advertisement -

“Sebenarnya setiap malam kita nyari, tapi karena sekarang musim kering jadi agak jauhan kita nyarinya. Termasuk ke Lombok Tengah, di sawah yang lumpurnya masih berair,” kata dia.

Diakui, walaupun harga belut sawah kini tengah mengalami lonjakan, para pencinta belut tak mempermasalahkan itu dan tetap mencari belut sawah untuk dikonsumsi. “Karena kalau masalah rasa antara belut sawah sama budidaya itu dia beda. Kalau belut yang budidaya agak beda rasanya, karena ada rasa lumpur dan pakannya itu. Nah kalau belut sawah itu, walaupun kecil tapi gurihnya itu terasa,” jelasnya.

Lebih lanjut dia menyebut, perbedaan itu tidak hanya soal rasa, melainkan juga tekstur dagingnya. Sehingga para pecinta belut lebih banyak yang mencari belut sawah daripada belut budidaya untuk dikonsumsi.

“Bedanya yang sawah dan yang budidaya, pada saat dibakar atau dimasak itu kalau budidaya dagingnya itu tetap benyek (lembek), tapi kalau yang asli sawah dia jadi lebih kenyal dan kering,” tutur Jabani.

Pria yang juga merupakan salah satu staf honorer di sekretariat DPRD Lobar ini menuturkan, walaupun banyak orang yang mencari belut di kali ataupun di selokan, ia tak pernah melakukannya. Menurutnya, nutrisi dari belut tersebut akan sesuai dengan tempat hidup dan apa yang dikonsumsinya. Sehingga ia lebih memilih berburu belut sawah yang dirasa jauh lebih bersih.

“Karena biasanya rasanya beda, warnanya pun beda,” imbuhnya. Biasanya Jabani akan mulai keluar untuk berburu belut sekitar pukul 20:30 Wita hingga pukul 02:00 dini hari. Ia pun mengaku, jumlah paling sedikit dari hasil buruannya, ia biasanya memperoleh sekitar 2 kg jika sedang musim kemarau.

“Kalau lagi musim hujan, jangankan 2 kg, kadang kita bisa dapat sampai 15 kg, tapi kalau musim hujan biasanya turun harganya,” terang dia. Namun untuk belut sawah, Jabani mengatakan bahwa paling tidak, harganya tidak akan kurang dari Rp50 ribu. “Rata-rata (yang membeli belut) itu ibu rumah tangga,” imbuh pria berusia 37 tahun itu.

Karena jika para pedagang, disebut Jabani mereka biasanya akan membeli sedikit belut sawah yang kemudian akan lebih banyak dicampur dengan belut budidaya. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer