30.5 C
Mataram
Kamis, 2 Mei 2024
BerandaPendidikanIKM Pulihkan Pembelajaran Anak Usia Dini di Loteng

IKM Pulihkan Pembelajaran Anak Usia Dini di Loteng

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Tim Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) RI mengecek pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas (IKM-BK) di sejumlah sekolah dan madrasah yang ada di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). IKM-BK tersebut diluncurkan oleh Kemenag pusat untuk menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagaimana yang menjadi semangat dari Kurikulum Merdeka yang juga telah diimplementasikan.

Salah satu madrasah yang dikunjungi adalah MI Darul Hikmah Darek dan SDN 4 Darek kecamatan Praya Barat. Ketua rombongan Pusdiklat, Wariadi mengatakan pihaknya telah melihat langsung bagaimana penerapan IKM di MI Darul Hikmah dan SDN 4 Darek. Menurutnya, IKM tersebut sejauh ini sudah berjalan dengan baik di dua sekolah tersebut namun perlu dikembangkan lagi di kelas-kelas lain.

“Karena ini masih terbatas pada kelas-kelas yang jadi pilot project saja. Baru kelas I dan kelas IV saja yang mengimplementasikan,” imbuhnya. Menurutnya, pihak sekolah harus berusaha untuk mengimplementasikan IKM tersebut di kelas lain juga. Sehingga perkembangan peserta didik lebih merata.

Selain itu, IKM juga harus mulai dikembangkan ke mata pelajaran yang lain. Tidak hanya pada mata pelajaran literasi atau bahasa Indonesia dan numerasi atau matematika yang saat ini sudah berjalan. “Tapi dengan adanya praktek IKM ini saya melihat ada perbedaan dengan kelas yang belum menerapkan. Yang sudah menerapkan perkembangannya lebih bagus,” ujarnya.

- Advertisement -

Senada dengan itu, Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Hikmah Darek, Saidi menyampaikan, IKM telah memulihkan pembelajaran di madrasah tersebut yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19. Dia menuturkan, dalam IKM, pembelajaran dilakukan dengan dilakukan pengelompokan siswa yang didasarkan pada level kemampuan masing-masing anak, yakni level pemula, huruf, kata, paragraf, cerita, dasar dan mahir.

“Sebelum dilakukan pengelompokan, dilakukan asesmen terlebih dahulu. Jumlah siswa yang diasesmen saat itu sebanyak 189 orang dari kelas I hingga kelas IV,” imbuhnya. Hasil asesmen saat itu adalah jumlah anak yang berada di level pemula sebanyak 17 orang siswa. Kemudian level hurup 36 orang siswa, level kata 15 orang, level paragraf 13 orang dan level cerita 70 orang siswa. Sementara level dasar 31 orang dan cakap 7 orang siswa. Adapun untuk siswa yang berada di level mahir tidak ada.

Beberapa bulan setelah dilakukan model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka terutama pembelajaran berdiferensiasi, pihaknya kembali melakukan asesmen untuk mengetahui sejauh mana perkembangan siswa. Hasilnya cukup baik, di mana siswa yang berada di level pemula menjadi nihil dan level hurup bertambah menjadi 28 orang. Kemudian level kata tidak ada dan naik ke level paragraf sebanyak 27 siswa. Level cerita berubah menjadi 24 orang siswa. Level dasar 67 orang, cakap 23 orang dan mahir yang sebelumnya tidak ada menjadi 12 orang.

“Sehingga kesimpulan kami berdasarkan hasil asesmen yang sudah ada. Kami optimis IKM ini bisa mengantarkan anak didik kita lebih bermutu lagi,” imbuhnya.

Dia mengatakan, pihaknya sejatinya masih awam tentang IKM. Tapi, atas bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pemerintah daerah dan Kemenag dan didukung Inovasi untuk Anak Indonesia (INOVASI) NTB akhirnya madrasah tersebut bisa memulai penerapan IKM dengan baik. Ke depan, IKM ini akan diterapkan lebih maksimal lagi untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih baik bagi siswa.

Sedangkan Kepala SDN Ngolang yang ada di kecamatan Pujut, Nurawan mengatakan, pengelompokan sesuai level kemampuan anak atau pembelajaran berdiferensiasi ini sudah diterapkan di sekolahnya dan ada peningkatan signifikan dalam literasi. Akan tetapi, ada tantangan yang dihadapi, yakni kesulitan di dalam pengelompokan siswa laki-laki dan siswa perempuan.

“Karena kadang siswa yang perempuan merasa malu dan enggan mau belajar ketika satu kelompok dengan siswa laki-laki. Padahal kelompoknya itu sesuai dengan levelnya yang dilakukan berdasarkan hasil asesmen,” katanya.

Sementara itu, kunjungan Tim Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI tersebut juga dihadiri oleh beberapa sekolah lain di Loteng. Hadir juga pihak Kemenag Loteng, Dinas Pendidikan serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Loteng. (fhr)

- Advertisement -

Berita Populer