27.5 C
Mataram
Kamis, 16 Mei 2024
BerandaEkonomiHarga Beras Tak Terkendali, Pemerintah Disarankan Bentuk Tim Investigasi

Harga Beras Tak Terkendali, Pemerintah Disarankan Bentuk Tim Investigasi

Mataram (Inside Lombok) – Tingginya harga beras di pasaran NTB saat ini mendongkrak inflasi di daerah selama dua bulan terakhir. Di mana harga beras kategori biasa saja masih di kisaran Rp14 ribu per kilogram (kg), kategori medium Rp15 ribu per kg, dan beras Bulog Rp10,9 ribu per kg. Guna mengendalikan harga itu pemerintah daerah pun disarankan membentuk tim investigasi.

Pengamat Ekonomi dari Universitas Mataram, Firmansyah menilai tim investigasi penting untuk memastikan tidak ada permainan harga yang terjadi di tingkat bawah. Mengingat sampai saat ini harga beras masih tinggi dan seolah tidak terkendali.

“Bila harga masih bertahan di posisi tinggi, ini diagnosanya apa? Ini perlu dijelaskan pemangku kebijakan. Makanya perlu semacam tim investigatif lapangan yang kaji ini,” ungkap Firmansyah, Senin (6/11).

Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan harga beras. Antara lain operasi pasar murah, dan sidak di beberapa pasar untuk mengecek harga. Sayangnya, upaya yang dilakukan belum bisa menekan tingginya harga beras itu sendiri.

- Advertisement -

“Perlu dikaji secara komprehensif dan segera untuk mengetahui akar masalahnya. Kalau Bulog bilang stok aman, harusnya harga tidak naik drastis, dan bertahan lama. Kecuali ada persoalan tata niaga,” ujar Firmansyah.

Menurutnya, meski demikian operasi pasar harus tetap digencarkan sehingga setidaknya dapat mempengaruhi menurunnya harga beras di pasar. Kemudian lokasi operasi pasar dapat dijangkau oleh masyarakat. Di mana tujuan operasi pasar itu mengalihkan belanja dari pasar yang berharga mahal ke harga murah.

“Bila terus dipertahankan harga mahal tidak akan ada yang mau beli. Dan itu sebabkan kerugian bagi pedagang. Sehingga lama kelamaan akan menormalkan harga pada posisi semula. Ini bila penyebabnya tata niaga. Atau orang ingin cari untung bukan karena stok,” jelasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat pada Oktober 2023, inflasi NTB (y on y) sebesar 2,66 persen. Angka inflasi ini lebih tinggi dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,56 persen. Sedangkan inflasi secara bulan ke bulan (m to m) di Oktober 2023 sebesar 0,30 persen. Lagi-lagi komoditi beras masih jadi penyumbang terbesar inflasi di NTB dua bulan belakangan ini.

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Sekda NTB Fathurahman mengatakan terjadinya inflasi bisa saja mempengaruhi kondisi perekonomian NTB kedepan. Untuk itu perlu ada evaluasi agar menjaga tidak terjadi lonjakan inflasi.

“Ya tentu, kita sudah melakukan surat edaran kepada karantina berkaitan dengan alur masuk gabah, karena memang banyak gabah kita keluar. Lantaran persoalan harga diluar yang lebih baik, makanya ini kita buat surat edaran,” ujarnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer