31.5 C
Mataram
Sabtu, 20 April 2024
BerandaPendidikanDisdik Mataram Kaji Sistem Kenaikan Kelas di Tengah Pandemi COVID-19

Disdik Mataram Kaji Sistem Kenaikan Kelas di Tengah Pandemi COVID-19

Mataram (Inside Lombok) – Dinas Pendidikan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengkaji sistem ujian semester untuk kenaikan kelas di tengah pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), agar upaya pencegahan yang sudah dilakukan tidak dianggap gagal.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram H Lalu Fatwir Uzali di Mataram, Kamis mengatakan kegiatan ujian semester, baik untuk siswa SD maupun SMP/sederajat, dijadwalkan sekitar Juni 2020.

“Jika memungkinkan atau kondisi pandemi COVID-19 di bulan Juni menunjukkan ke arah perkembangan yang baik, maka ujian semester kenaikan kelas akan kami laksanakan,” katanya.

Namun demikian, apabila kondisi pandemi COVID-19, hingga Juni belum menunjukkan keperkembangan yang menggembirakan, maka kegiatan ujian semester kenaikan kelas secara konvensional ditiadakan.

- Advertisement -

Akan tetapi, sambungnya, kegiatan ujian semester kenaikan kelas tetap dilaksanakan dengan memikirkan media apa yang akan digunakan.

“Jika memungkinkan ujian akan kami laksanakan melalui sistem dalam jaringan (daring) atau online. Tapi hal itu juga perlu dilakukan kajian lebih selektif lagi,” katanya.

Pasalnya, ada juga siswa yang tidak memiliki telepon seluler android. Kalaupun punya mereka belum tentu memiliki kuota internet. Selain itu, faktor lingkungan di rumah, serta kondisi kesehatan siswa juga bisa mempengaruhi kegiatan ujian daring tersebut.

“Kalau ujian konvensional, kekhawatiran kita anak yang hadir datang dari keluarga dengan status orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP), sehingga upaya kita melakukan physical dan sosial distancing bisa gagal,” katanya.

Fatwir menambahkan, berdasarkan hasil evaluasi kegiatan belajar mengajar siswa melalui daring sejauh ini cukup bagus. Bahkan hampir sekitar 70-80 persen orang tua dan siswa sudah setuju dan mulai terbiasa dengan sistem itu.

“Hampir 90 persen, pembelajaran daring menggunakan media sosial WhatsApp, sisanya menggunakan media lainnya. Dengan demikian, interaksi siswa, guru dan orang tua bisa tetap terjadi meskipun tidak bertemu langsung,” ujarnya menambahkan. (Ant)

- Advertisement -

Berita Populer