25.5 C
Mataram
Kamis, 25 April 2024
BerandaBerita UtamaMenjadi PTS dengan Izin Program Studi S1 Pendidikan dan Profesi Bidan, Lulusan...

Menjadi PTS dengan Izin Program Studi S1 Pendidikan dan Profesi Bidan, Lulusan STIKES Hamzar Miliki Kompetensi Setara Se-Indonesia

Lombok Timur (Inside Lombok) – Menjadi PTS di NTB yang memiliki izin program studi S1 pendidikan dan profesi bidan, lulusan STIKES Hamzar diharapkan mampu mendukung upaya menekan risiko angka kematian anak dan ibu di Provinsi NTB. Setelah menjadi perguruan tinggi swasta pertama di NTB yang mendapatkan izin sejak tahun 2015 lalu, ini tahun kedua pengambilan sumpah profesi bidan dan wisuda ke-lima program studi S1 kebidanan yang telah diselenggarakan STIKES Hamzar.

Tahun ini, mereka berhasil mewisuda kurang lebih sekitar 102 orang sarjana kebidanan. Serta pengambilan sumpah terhadap 20 orang profesi bidan.

“Sesuai dengan kebijakan pemerintah, istilahnya exit-exam, kami boleh melepas atau menamatkan setelah mereka lulus Uji Kompetensi (Ukom) secara nasional,” terang Ketua Stikes Hamzar, Drs. H. M. Nagib, usai melepas para wisudawan di hotel Merumatta Senggigi, Kamis (30/06/2022) kemarin.

- Advertisement -

Kata dia, itu berbeda dengan tahun sebelumnya. Di mana setelah wisuda para sarjana bisa dilepas untuk bekerja. Namun, ini merupakan tahun kedua program exit-exam tersebut telah dijalankan. Hal itu, kata dia untuk bisa memperoleh lulusan sarjana dan profesi bidan yang bisa memiliki kompetensi standar secara nasional. Karena berbagi perangkat ujiannya disiapkan oleh pusat.

“Baru mereka disumpah, resmi lah dia menjadi tenaga profesi bidan. Alhamdulillah kemarin, dari 23 orang kemarin yang ikut ukom (uji kompetensi) periode April, 20 orangnya dinyatakan lulus,” ujarnya bangga.

Sehingga dengan bangga pihaknya menyebut, lulusan STIKES Hamzar memiliki kemampuan setara dengan sarjana dan profesi bidan yang ada di seluruh Indonesia. Karena kelulusannya ditentukan oleh pusat. STIKES Hamzar pun dalam setahun, diakuinya mengikuti dua kali Ukom, yakni periode April dan Agustus.

Di mana awalnya, STIKES Hamzar disebut Nagib hanya mengajukan izin untuk membuka program studi D4 kebidanan. Namun, pada waktu itu pusat sudah tidak lagi mengembangkan D4. Sehingga mereka pun memperoleh izin untuk menyelenggarakan S1 kebidanan sejak 2015 silam.

“Saat itu tahun 2015, kita (Stikes Hamzar, red) termasuk satu-satunya yang dapat izin di NTB. Bersama perguruan tinggi swasta Andalas pada saat itu,” tutur Nagib. Karena baru Hamzar PTS di NTB yang memiliki izin untuk program S1 dan profesi Bidan, kini mereka memiliki banyak mahasiswa yang bahkan dari luar Kabupaten Lombok Timur. Termasuk dari KLU, Lombok Tengah, hingga kota Mataram.

“Terutama yang kita istilahkan kelas alih jenjang, mereka yang umumnya PNS tapi dulu latar belakang pendidikannya D3. Jadi untuk bisa karirnya jalan, mereka harus menempuh lagi pendidikan S1 bidan, itu empat semester. Kemudian setelah itu tambah lagi profesinya satu tahun, dua semester,” papar dia.

Lebih jauh ia menjelaskan, yang sudah lulus menjadi sarjana kebidanan tapi belum mengambil profesi. Maka, tidak akan bisa melakukan praktek seperti yang sudah mengambil sumpah profesi. Karena program S1 kebidanan di STIKES Hamzar diselenggarakan dua jenis, ada program S1 reguler dan juga alih jenjang.

“Karena kalau yang sarjana istilahnya hanya mahir yang kognitifnya saja, tetapi prakteknya belum bisa dimiliki ya. Oleh karena itu, yang profesi bidan ini hampir 100 persennya mereka praktek di luar kampus. Seperti rumah sakit, dan alhamdulillah rumah sakit se-pulau Lombok kita sudah ada MoU,” lanjut ketua Stikes Hamzar ini.

Nagib menjelaskan, karena menjadi bidan, mereka tidak hanya bertugas saat membantu ibu melahirkan. Namun juga mulai dari saat perempuan yang sudah menjadi calon ibu, kemudian saat melahirkan, hingga saat anak-anak mereka sudah lahir sampai dengan balita.

Pihak STIKES Hamzar pun diakui Nagib memiliki harapan senada dengan kebijakan pemerintah provinsi NTB. Yang tengah berupaya untuk menurunkan angka kematian ibu, terutama di wilayah Lombok Timur. Yang menjadi daerah dengan angka kematian ibu tertinggi di NTB.

Terlebih, dari info yang diperoleh pihaknya, dalam tiga bulan terakhir. Angka kematian ibu di Lotim setara dengan kematian ibu dalam rentang waktu setahun, pada 2021 lalu. “Dan kebetulan, sementara ini dari 10 kabupaten/kota, Lombok Timur paling tinggi angka kematian ibunya,” beber dia.

Persoalan itu pun kini menjadi PR bagi STIKES Hamzar untuk bisa mencetak para sarjana dan profesi bidan yang mampu memberikan tindakan dan sosialisasi yang tepat. Untuk bisa membantu mengurangi risiko kematian ibu.

“Sekarang tidak hanya di pulau Lombok, kita juga berencana untuk mengembangian profesi bidan itu juga ke pulau Sumbawa,” pungkasnya. (yud)

 

- Advertisement -

Berita Populer