25.5 C
Mataram
Kamis, 25 April 2024
BerandaEkonomiProduksi Surplus, NTB Jadi Pemasok Tiga Daerah Defisit Beras

Produksi Surplus, NTB Jadi Pemasok Tiga Daerah Defisit Beras

Mataram (Inside Lombok) – NTB dikenal sebagai daerah lumbung pangan karena pasokan berasnya yang surplus. Bahkan NTB di 2023 ini menjadi pemasok untuk memenuhi kebutuhan daerah yang defisit beras, seperti di NTT, Bali dan Sulawesi Utara.

Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, David Susanto mengatakan saat ini pihaknya kembali diminta pusat untuk mengirimkan beras ke tiga daerah tersebut. “Kalau yang ke NTT 1.6 ribu ton masih proses jalan, terus di lanjut lagi 3 ribu ton, jadi kurang lebih 4.6 ribu ton yang masih jalan. Sulawesi Utara 1.5 ribu ton, Bali masih proses jalan 4 ratus ton, nanti di lanjut 2 ribu ton lagi, jadi 2.4 ribu ton bertahap,” ujarnya, Jumat (5/5).

Penyaluran ke daerah-daerah defisit selalu dilakukan, tidak hanya tiga daerah tersebut. Bahkan di 2022 lalu, Bulog NTB juga mengirimkan beras ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Karena di daerah tersebut tengah mengalami defisit persediaan beras dan daerah sekitar yang biasanya menyalurkan belum memasuki masa panen.

“Untuk sekarang total yang sudah kita move ketiga daerah tersebut kurang lebih 5000 ton lebih,” terangnya. David menyebutkan bahwa pengiriman beras ini untuk memenuhi kebutuhan daerah yang defisit.

- Advertisement -

Diakui, tidak ada target yang ditetapkan pusat berapa banyak beras disalurkan ke daerah yang defisit. Di mana Bulog NTB dipercaya oleh pusat untuk menyalurkan beras, karena kondisi stok beras di NTB terbilang aman. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan di dalam daerah.

“Stok aman meskipun dikirim keluar, apalagi daerah sini dianggap sebagai daerah sentral produksi. Secara persentase kita itu urutan ke empat (untuk serapan, Red) secara nasional,” ujarnya.

Untuk target serapan beras tahun ini saja sebanyak 155 ribu ton. Menunggu masa panen yang masih berlangsung realisasi target itu pun baru mencapai 44 ribu ton.

“Masih realistis targetnya 155 ribu ton. Memang ada kendala awal tahun ini karena banyak gabahnya yang keluar pulau. Kami berharap, beras silahkan dijual kemana saja. Tapi jangan gabahnya, untuk kita berharap ada regulasi pemerintah untuk mencegah itu,” imbuhnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer