26.5 C
Mataram
Senin, 9 Desember 2024
BerandaEsaiMemaksimalkan Bonus Demografi di NTB Lewat Industri Kreatif

Memaksimalkan Bonus Demografi di NTB Lewat Industri Kreatif

Keterlibatan anak muda adalah syarat penting membangun fondasi sebuah zaman. Ketika masa pandemi, anak-anak muda turut menguatkan pertahanan ekonomi melalui gerakan UMKM hingga jasa.

Di Nusa Tenggara Barat (NTB) misalnya, ada brand UMKM Ketak Nusantara yang pemiliknya merupakan seorang anak muda 25 tahun asal Lingsar, Lombok Barat, Dian Eka Purnama Sari.

Sejak masa pandemi, Dian yang semulanya menggantungkan UMKM miliknya pada acara-acara pameran segera menyusun ulang strategi. Pasalnya, saat itu (2020-2022) acara-acara pameran mandek sama sekali. Dian pun sadar, bahwa digitalisasi adalah satu-satunya jalan yang mesti ditempuh.

Dengan memanfaatkan pasar media sosial, UMKM Ketak Nusantara yang dikelolanya pun bisa dibilang selamat dari bangkrut, bahkan mampu membuka lapangan kerja bagi warga lokal yang terdampak pandemi.

- Advertisement -

Di Mataram, ada Featura Creative. Sebuah agensi yang digerakkan sekelompok anak muda berbakat. Agensi ini menawarkan jasa aktivasi media sosial bagi UMKM, perusahaan hingga per orangan.

Tugas mereka ialah membuat konten-konten kreatif yang bertujuan mendatangkan keuntungan bagi brand (klien) tersebut. Sebab nyaris semua pekerjaan mereka bersandar pada kerja-kerja online, membuat Feature Creative juga selamat dari dampak pandemi yang membunuh hampir semua pekerjaan lapangan.

Dalam bidang politik, keberadaan anak muda pun amat diperhitungkan. Selain karena jumlah pemilih muda politik mencapai persentase lebih dari lima puluh persen, kelompok ini juga dinilai mampu membangun gerakan-gerakan kolektif perubahan.

Sebutlah bagaimana skena-skena musik, sastra, J-Pop, film, teater, desain grafis, seni rupa, fotografi, hingga perkopian menggerakkan ekosistem industri kreatif di Lombok meski masih secara terbatas.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, maka jelas bahwa anak muda punya peran penting dalam mendesain perekonomian daerah. Apalagi Indonesia diprediksi akan mencapai puncak bonus demografinya pada tahun 2030; penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan persentase 68,3 persen.

Bonus ini pula yang bakal memberikan pengaruh signifikan terhadap percepatan pembangunan di NTB. Namun, memiliki SDM muda potensial tak lantas membuat suatu daerah maju begitu saja. Berbagai strategi mesti ditawarkan guna merajut semuanya agar berada dalam langkah yang sama.

Dalam banyak kasus, tak terpetakannya potensi anak muda dan terpisahnya mereka dari satu barisan perubahan disebabkan karena tak ada ruang atau platform pertemuan (networking). Dalam prakteknya, ruang yang dimaksud ini seperti creative space.

Di Jakarta misalnya, ada M-Bloc Space; tempat yang punya banyak fitur mewadahi berbagai produk industri kreatif dan event-event kepemudaan. Creative space seperti M Bloc Space dibutuhkan sebagai titik kumpul sebelum mulai mengorganisir SDM potensial yang dimiliki suatu daerah.

Dengan adanya titik kumpul ini, pembagian peran dan tugas pun akan lebih mudah dipantau serta didukung. Tak sedikit dukungan pemerintah yang dianggap kurang tepat sasaran karena komunitas-komunitas penggerak tak dipetakan dengan baik. Sehingga yang terealisasi pun program-program kontra-produktif karena yang menjalankan bukan pelakunya langsung.

Rasanya sekarang adalah momen yang tepat untuk menyusun kembali strategi membangun ekonomi NTB dari sisi industri kreatif. Infrastruktur penting seperti event-event level internasional sudah tersedia. Lantas selanjutnya, SDM muda potensial mesti terlibat mengelola event-event tersebut.

Namun sebelum ke sana, kita memang mesti merampungkan ekosistemnya dulu. Berbagai hal harus dievaluasi, termasuk mengenai perlunya keberadaan creative space yang kelak bisa jadi platform jejaring bagi anak-anak muda NTB di bidang industri kreatif.

Selain membantu jejaring horizontal antara sesama pelaku industri, keberadaan creative space ini pun nantinya akan membantu hubungan vertikal antara pemangku kebijakan dan komunitas. Dengan demikian, program-program yang disalurkan pemerintah akan lebih terorganisir, dan terpenting tepat sasaran.

Sebagai tambahan, industri kreatif amat berperan dalam menopang perekonomian nasional. Berdasarkan data BEKRAF, kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto Indonesia tahun 2017 mencapai 7,28 persen.

Dengan dikembangkannya industri kreatif, sejumlah manfaat juga dapat dirasakan. Seperti inovasi baru yang kian bertumbuh cepat, lapangan kerja semakin bertambah, nilai dan kualitas produk meningkat. Bahkan industri ini yang paling sering melibatkan unsur kebudayaan di dalamnya. Artinya, industri kreatif bisa juga jadi media promosi bagi kebudayaan daerah hingga pariwisata yang bercorak lokalitas.

Anak-anak muda yang dinilai paling dekat dan cepat beradaptasi dengan industri kreatif sudah sepatutnya dapat dukungan. Masa transisi kekuasaan pada Pemilu 2024 mendatang dan menjamurnya event-event internasional adalah kesempatan untuk merapatkan barisan anak muda. Berdiskusi guna mempertemukan ide dan gagasan. Membangun segala sesuatunya secara bertahap, terorganisir dan sistematis bersama-sama, sampai kemajuan ekonomi dapat dicapai lebih maksimal. (r)

 

Muhammad Rifki Farabi, saat ini menjabat Ketua Umum Pemuda NWDI. Alumni Universitas Al-Azhar Mesir

- Advertisement -

Berita Populer