32.5 C
Mataram
Sabtu, 20 April 2024
BerandaUncategorizedJaga Tradisi, Warga Kota Mataram Rayakan Rabu Bontong

Jaga Tradisi, Warga Kota Mataram Rayakan Rabu Bontong

Mataram (Inside Lombok) –Budaya mandi safar pada setiap Rabu Bontong atau Rabu terakhir bulan Safar masih dilestarikan di Kota Mataram hingga saat ini. Secara umum budaya tersebut dilakukan masyarakat untuk merayakan datangnya Maulid Nabi Muhammad SAW dengan bersama-sama mandi di sungai.

Camat Cakranegara, Irfan Syafindra Soerati mengatakan mandi safar yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat diyakini bisa menghilangkan penyakit. “Salah satunya seperti dilakukan masyarakat di Lingkungan Rungkang Jangkuk, Kelurahan Sayang-Sayang yang melaksanakan Rabu Bontong; yaitu dengan melakukan mandi safar atau mandi bersama di hari terakhir bulan terakhir untuk menyambut bulan Maulid Nabi Muhammad SAW,” ujarnya, Rabu (6/10).

Ia menerangkan, mandi safar ini juga dihajatkan untuk membersihkan diri dari hal -hal yang kurang baik. Acara mandi safar di Lingkungan Rungkang Jangkuk dipantau langsung oleh aparat TNI dan pihak kecamatan.

“Di sini kami hadir untuk menyaksikan dan memberikan semangat kepada masyarakat yang melakukan mandi safar,” katanya.

- Advertisement -

Pada kegiatan mandi safar yang digelar oleh masyarakat, khususnya di Kecamatan Cakranegara, diharapkan sesuai dengan ritual yang sudah ada. Karena mandi safar ini tidak saja dimaknai untuk membersihkan diri. Melainkan juga untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap kebersihan sungai.

“Kami berharap tidak saja membersihkan diri. Tetapi juga menjaga kebersihan lingkungan, supaya sungai di kawasan ini tetap terjaga dan terpelihara. Sehingga tidak saja digelar oleh generasi sekarang melainkan juga generasi masa depan,” harapnya.

Mengingat Kota Mataram masih berada pada Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2, masyarakat diingatkan untuk tetap menjaga protokol kesehatan dalam setiap aktivitas. “Kita juga tetap ingatkan akan menerapkan protokol kesehatan,” kata Irfan.

Sementara itu, salah seorang warga Lingkungan Perigi, Kelurahan Dasan Agung, Siti mengatakan tradisi mandi safar ini perlu dilestarikan karena menjadi salah satu cara warga suku Sasak menyambut bulan kelahiran nabi Muhammad SAW.

“Uniknya itu tradisi mandi safar ini juga karena (dipercaya sebagai) sunnah. Warga mandi safar biasanya di sungai, tapi kalau ada kolam ya mereka ke kolam,” ujarnya. Selain mandi safar, biasanya warga di Lingkungan Perigi juga merangkaikannya berbagai lomba. “Ya kita juga biasanya lomba setelah mandi safar. Yang dilombakan biasanya _pantok_ _kemeq_,” sambung Siti.

Ia membandingkan tradisi mandi safar jaman dulu dengan sekarang. Di mana, pada zamannya semua warga ramai-ramai ke sungai untuk mandi safar. Bahkan sampai membawa bekal untuk disantap bersama.

“Kalau sekarang tidak terlalu ramai. Anak-anak juga jarang bawa nasi, paling belanja jajan saja,” kenangnya.

- Advertisement -

Berita Populer