29.5 C
Mataram
Jumat, 1 November 2024
BerandaSosokPensiunan TNI Manfaatkan Kotoran Kambing Jadi Pupuk Organik Berkualitas Tinggi

Pensiunan TNI Manfaatkan Kotoran Kambing Jadi Pupuk Organik Berkualitas Tinggi

Lombok Timur (Inside Lombok) – Hardiono, seorang pensiunan TNI asal Desa Jurit, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur punya inovasinya sendiri. Setelah menyelesaikan masa pengabdiannya menjadi seorang prajurit, ia memutuskan untuk menseriusi pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk organik berkualitas tinggi.

Sejak masih aktif bertugas sebagai Babinsa, Hardiono memang sempat beternak kambing sejak beberapa tahun silam. Berangkat dari hal itu, kotoran kambing miliknya yang begitu banyak disulapnya menjadi pupuk organik, salah satunya untuk membantu memenuhi kebutuhan para petani yang terus mengeluh tentang mahalnya pupuk kimia.

“Berangkat dari petani yang menjerit terkait mahalnya pupuk dan juga kebetulan kotoran kambing yang banyak di kandang, maka saya berusaha mengolahnya agar bermanfaat bagi petani,” ungkapnya, Senin (18/09/2023).

Awalnya, ia mencoba membuat pupuk cair menggunakan urine kambing dengan melakukan filterisasi dan fermentasi. Namun karena urine yang terlalu lama terkumpul dan proses yang cukup lama, maka ia beralih mengolah kotoran kambing menjadi pupuk.

- Advertisement -

Begitu pensiun, ia pun mulai serius membuat pupuk kompos dari kotoran kambing miliknya yang belakangan turut menjadi sumber rezeki bagi Hardiono. “Awalnya saya banyak belajar dari teman-teman hingga akhirnya saya coba sendiri dengan membuat penampungan kotoran kambing untuk fermentasi di halaman rumah,” terangnya.

Hardiono menjelaskan, ada berbagai macam proses yang harus dilalui untuk menghasilkan pupuk organik terbaik. Mulai dari mengumpulkan kotoran kambing, melakukan fermentasi di dalam penampungan selama 20 hari, penguapan selama 3 hari, penyortiran kotoran dari sampah dan tanah, serta penggilingan. “Panjang prosesnya untuk menghasilkan pupuk organik yang terbaik. Namun itu kita lakukan agar hasil tanaman petani juga bagus,” ungkapnya.

Guna memenuhi produksinya, ia juga membeli kotoran kambing dari para peternak seharga Rp5 ribu per karung. Hal itu dilakukan untuk memenuhi pesanan dari para petani, terlebih usahanya tersebut sudah merambat ke luar daerah. “Daripada (kotoran kambing) dibuang jadi kita beli saja dari para peternak,” tuturnya.

Dalam satu bulan Hardiono mampu memproduksi pupuk organik kotoran kambing hingga 98 karung per penampungan. Saat ini ia juga sudah memiliki dua penampungan yang membuat produksinya bertambah dua kali lipat dalam sebulan.

Harga yang ditawarkan sendiri untuk pupuk organiknya yakni senilai Rp40 ribu per karung. Bahkan ia mengaku jika pupuk organik lebih baik dari pupuk kimia, serta penggunaannya lebih irit karena mampu bertahan selama 3 kali panen dalam satu pemupukan.

“Jika menggunakan pupuk organik hanya membutuhkan sekali pemupukan dan dapat bertahan hingga 3 kali musim tanam. Hal ini juga dapat mengirit biaya pemupukan bagi para petani,” terangnya.

Tak tanggung-tanggung dalam menjamin kualitas produknya, ia juga melakukan 3 kali tes laboratorium di Universitas Mataram untuk menguji hasil pengolahan pupuknya. Sehingga dari 3 kali tes tersebut ia mendapatkan hasil yang terbaik dan ia pajang di karung-karung produksinya. (den)

- Advertisement -

Berita Populer