Mataram (Inside Lombok) – Para peternak unggas mengeluh dengan tingginya harga jagung untuk pakan ternak. Harga jagung tembus di angka Rp10.800 per kilogram (kg), sedangkan sebelumnya berkisaran di harga Rp4-5 ribu per kg. Ditambah dengan pakan ternak lainnya seperti dedak yang ikut naik, membuat para peternak meringis hingga banyak yang memilih gulung tikar.
Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Rakyat (Petarung) NTB, Ervin Tanaka mengaku saat ini harga jagung sudah sama seperti harga beras. Kenaikan harga jagung pakan ternak sudah sejak akhir tahun 2023 kemarin, bahkan kenaikkan harga jagung ini hampir setiap minggu, sampai dengan di posisi Januari 2024 saja berada di posisi Rp10.800 sampai ada Rp12.000 per kg.
“Tergabung di kita saja itu kebutuhan jagungnya, bukan hanya NTB seluruh anggota asosiasi saja hampir 3.500 ton itu untuk 3 bulan. Kalau diasumsikan seribuan ton untuk anggota kita saja,” ungkap Ervin saat dihubungi, Selasa (13/2).
Tingginya harga jagung ini sudah banyak dikeluhkan peternak, baik peternak ayam petelur maupun ayam pedaging. Pasalnya meskipun harga pakan naik, harga jual telur dan daging tidak bisa tinggi. Sementara pemberian pakan pada ternak tidak hanya jagung, dedak, kemudian konsentrat, ditambah dengan obat-obatan lain untuk menjaga kesehatan pada ternak.
“Kalau konsentrat kita ambil di Jawa, tapi kalau untuk jagung pastinya Lombok. Cuma ironisnya kita lumbung jagung, tapi banyak juga peternak kita kesusahan mendapatkan jagung,” terangnya.
Senada dengan, Sekretaris dan Bendahara Petarung NTB, Lisa Simanungkalit mengeluh tingginya harga jagung bagi peternak. Bahkan mereka sudah mengeluhkan kondisi ini ke pemerintah, namun belum ada respon sama sekali. Selain harga pakan yang tinggi, masuknya telur dari luar NTB sehingga mempengaruhi harga telur lokal.
“Iya (tinggi) harga jagung di lapangan, ada yang sampai Rp12 ribu per kg. HPP-nya menjadi tinggi, biasanya Rp5 ribu sekarang Rp11 ribu, kita mau engggak mau teriak. Belum konsentrat, dedak saja sudah Rp6 ribu dari Rp3 ribu harganya. Sudah banyak peternak yang gulung tikar,” ujarnya.
Jagung dan dedak ini menjadi pakan utama untuk peternak, maka mau tidak mau para peternak tetap beli. Tetapi tidak menutup kemungkinan mereka gulung tikar. Maka dari itu, diharapkan pemerintah dapat menyelamatkan para peternak ini, terutama peternak kecil.
“Di pemerintah itu ada cadangan jagung pemerintah dan asosiasi kita sudah mengajukan ke pusat. Tetapi sampai sekarang belum ada informasi (kapan penyaluran, Red) masih menunggu,” jelasnya. (dpi)