Lombok Barat (Inside Lombok) – Ibu negara, Iriana Joko Widodo bersama para ibu-ibu anggota Organisasi Aksi Solidaritas Era (Oase) Kabinet Indonesia Maju mengunjungi Lombok Barat (Lobar) untuk kegiatan aksi peduli lingkungan, di Pantai Elak-Elak, Sekotong. Beberapa kegiatan yang dilakukan mulai dari transplantasi karang, pelepasan tukik, hingga bersih-bersih sampah di pesisir pantai.
Sekitar 100 karang ditransplantasi bersama anak-anak SMKN 2 Sekotong, kemudian diletakkan di laut sedalam 5 meter. Ada juga 300 ekor tukik yang dilepaskan, serta bersih-bersih pantai yang dilakukan bersama puluhan anak-anak sekolah. Selain itu, rombongan Ibu Negara juga memanen mutiara di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok.
“Itu sebagai salah satu cara untuk mengedukasi bagaimana kita menjaga kebersihan pantai dan juga pemanfaatan sampah plastik,” terang Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Victor Gustaaf Manoppo di hadapan awak media, Kamis (30/05/2024).
Menyinggung soal terumbu karang, Victor menegaskan dari 2,5 juta hektare wilayah terumbu karang di seluruh laut Indonesia, sekitar 33 persennya sudah mengalami kerusakan. Di mana wilayah dengan kerusakan terumbu karang terbesar disebutnya terjadi di pulau Jawa dan Sumatera.
Khusus wilayah NTB, secara garis besar kondisi terumbu karangnya kurang lebih 50 persen masih dikatakan baik. Sehingga layak menjadi salah satu kawasan dengan pariwisata bawah laut yang memesona. “Tapi yang menjadi PR adalah, bagaimana agar para wisatawan lebih menjaga ekosistem terumbu karang,” tegas dia.
Menurutnya, kondisi kerusakan terumbu karang selain juga memang dipengaruhi oleh kondisi iklim, juga disebabkan utamanya oleh aktivitas manusia. Karena itu, pihaknya berharap para pelaku pariwisata yang menawarkan wisata menyelam agar lebih peduli terhadap ekosistem bawah laut, terutama terumbu karang.
Pihaknya pun telah berupaya memberikan sosialisasi kepada boat man atau penyelam, di kawasan wisata dan tempat konservasi mengenai hal tersebut. “Tentunya ini merupakan awal dari kita untuk merehabilitasi terumbu karang. Sehingga terumbu karang sehat dan ikan berlimpah,” pungkasnya.
Terkait dengan budidaya mutiara, Victor mengatakan potensi nilai ekspor mutiara Indonesia cenderung mengalami peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Sesuai dengan peningkatan kebutuhan pasar dunia. Sehingga selain memberikan pendampingan terkait budidaya mutiara kepada masyarakat pembudidaya melalui BPBL Lombok. Mereka juga telah memberikan bantuan benih spat mutiara dan pelatihan pendederan tiram mutiara kepada para kelompok pembudidaya.
Harapannya hasil pendederannya dapat dibeli oleh perusahaan-perusahaan mutiara sebagai bahan baku tiram mutiara yang siap insersi. Terlebih jika merujuk pada data ITC Trademap 2022, Indonesia merupakan negara eksportir mutiara terbesar keempat di dunia setelah Hongkong, Jepang dan China, dengan nilai penjualan mencapai USD55 juta atau setara Rp825 miliar. Dengan negara tujuan ekspor utama mutiara Indonesia adalah Jepang (47,6 persen), Hongkong (31,6 persen) dan Australia (18,9 persen).
Bahkan, diakuinya nilai permintaan pasar mutiara global cenderung meningkat dalam kurun 3 tahun terakhir. Pada 2020 nilainya sebesar USD483 juta, 2021 sebesar USD862 juta dan 2022 sebesar USD1 miliar. Namun, dari besarnya potensi pasar global tersebut, Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 5-8 persennya saja. (yud)