32.5 C
Mataram
Sabtu, 20 April 2024
BerandaBerita UtamaNTB Butuh Cold Storage Untuk Komoditi Pertanian

NTB Butuh Cold Storage Untuk Komoditi Pertanian

Mataram (Inside Lombok) – Sejumlah petani tomat di wilayah Sembalun, Lombok Timur enggan memanen hasil tomat mereka dan dibiarkan membusuk. Lantaran harganya yang jeblok hingga Rp1.000 per kilogram. Untuk mengatasi kondisi yang kerap terjadi ini membutuhkan cold storage.

Cold storage sendiri merupakan alat penyimpanan untuk bahan-bahan segar agar lebih tahan lama. Bahkan dapat menstabilkan harga di tingkat petani, terutama petani tomat, cabai dan bawang. Sehingga hasil panen mereka tidak dibiarkan membusuk begitu saja.

“Sarana-sarana penyimpanan ini dibutuhkan di saat harga yang hancur, (petani) kami membutuhkan alat seperti cold storage,” ujar Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) NTB, Baiq Nelly Yuniarti, Kamis (26/1).

Nantinya dengan cold storage ini, ketika panen dapat disimpan, yang mana ketika harga sudah membaik baru dikeluarkan. Sampai saat ini pihaknya masih mengecek harga di beberapa daerah untuk harga tomat ini. Artinya hasil panen dapat dikirim ke luar daerah untuk meningkatkan harga jual di petani.

- Advertisement -

“Ini sepertinya sudah kedua kali kondisinya (hasil panen dibiarkan busuk) di Sembalun. Memang belum ada tim yang turun (mengecek, Red),” terangnya.

Kendati, saat ini pihaknya dengan DKP dan beberapa pelaku usaha untuk segala sesuatu bahan segar atau komoditi segar memang harus ada penyimpan. Agar ketahanan mereka lebih lama, sehingga petani tidak merugi ketika kondisi harga turun.

“Seperti cabai itu tidak bisa lewat tiga hari. Sarana itu yang kita tidak punya baik pemerintah maupun swasta, itulah target dalam waktu dekat ini Pemprov maupun swasta kita berkolaborasi. Kita bahas kita harus punya satu (cold storage),” jelasnya.

Saat ini untuk harga hasil pertanian seperti tomat di petani Rp25 ribu satu keranjang atau 40 kg. Harga tersebut dinilai petani sangat murah, sehingga mereka enggan untuk memanen. Seperti yang terjadi di Sembalun.

“Tidak panen karena harganya murah. Kalau dulu harganya sampai Rp15 -20 ribu per kg. Belum lagi harga pupuk dan obat-obatan mahal,” ujar salah seorang petani di Sembalun Jorong, Amaq Kamil.

Dikatakan obat untuk cabai saja harganya Rp300 ribu per botol. Terlebih banyak hasil panen petani tomat maupun cabai yang kena anthrax sehingga tidak bisa diatasi.

“Baru 4 sampai 5 kali panen, petani banyak yang rugi sekarang. Kalau dulu mahal, sekarang sangat murah, tidak sampai Rp1.000 per kg,” ucapnya. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer