27.5 C
Mataram
Selasa, 30 April 2024
BerandaBerita UtamaRatusan Pendaki Gagal Masuk Rinjani Karena Tak Punya Tiket, Diduga Korban Penipuan...

Ratusan Pendaki Gagal Masuk Rinjani Karena Tak Punya Tiket, Diduga Korban Penipuan OT

Mataram (Inside Lombok) – Ratusan calon pendaki dari luar NTB gagal mendaki Gunung Rinjani, Minggu (14/4) kemarin, diduga lantaran tertipu penyedia jasa open trip (OT) tidak bertanggungjawab. Alhasil, para pendaki itu pun diminta pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) diminta putar balik dari Pos 2 Sembalun, dan mengambil langkah untuk mem-blacklist penyedia jasa OT terkait.

“Kita lagi cari (penyedia jasa) open trip-nya. Semua sudah di BAP, habis itu blacklist (penyedia jasa, Red),” ujar Kepala BTNGR, Dedy Asriady, Selasa (16/4). Pihaknya mencatat ada 148 orang pendaki yang tercegat di Pos 2 Sembalun. Dari jumlah itu, hanya 43 orang yang memiliki tiket eRinjani, dan sisanya sebanyak 105 orang terdata tidak memiliki tiket.

Disebutkan Dedy, jasa TO yang menelantarkan para pendaki itu dari luar Pulau Lombok, di mana BTNGR saat ini masih melakukan penelusuran lebih detail. Lewat kejadian ini para pendaki diimbau lebih berhati-hati mempersiapkan pendakian secara resmi. Mulai dari tiket perjalanan hingga tiket pendakian, agar tidak menjadi korban travel organizer (TO) yang berbuat curang.

“Selalu kami imbau, kalau menggunakan open jasa trip atau PO memastikan bahwa tiketnya ada dan mempercayakan PO-nya itu benar. Memastikan tiketnya baik perorangan atau menggunakan jasa. Agar tidak terjadi seperti ini,” terangnya.

- Advertisement -

Dijelaskan, setiap pendakian Gunung Rinjani diberlakukan kuota agar ada batasan jumlah orang yang mendaki setiap harinya. Dalam sehari kuota pendakian mencapai 700 orang dari enam pintu masuk. Khusus jalur Sembalun, Senaru dan Torean sebanyak 400 orang dan tiga jalur lainnya 300 orang.

“Tiga jalur lainnya masih banyak lowong, seperti jalur Air Berik, Tetebatu, dan Timbanuh,” terangnya. Lebih lanjut, untuk pendakian di Rinjani diberlakukan e-ticketing. Di mana calon pendaki mengaksesnya menggunakan aplikasi e-rinjani. Sehingga siapapun calon pendaki harus membeli tiket di e-rinjani, agar bisa mengontrol kuotanya.

“Tidak boleh lagi ada pembelian di lapangan. Semua pihak bisa mengakses e-rinjani. Kalau tidak dapat tiket, artinya kuotanya penuh. Jadi disitu saja, perseorangan boleh, melalui jasa open trip boleh,” demikian. (dpi)

- Advertisement -

Berita Populer