32.5 C
Mataram
Rabu, 16 Oktober 2024
BerandaLombok TimurAngka Stunting di Lotim Semakin Menurun, Ada Perbedaan Data e-PPGBM dan SKI

Angka Stunting di Lotim Semakin Menurun, Ada Perbedaan Data e-PPGBM dan SKI

Lombok Timur (Inside Lombok) – Angka stunting di Lombok Timur (Lotim) semakin menunjukkan penurunan. Hal ini dinilai membuktikan keseriusan pemerintah daerah (pemda) dalam menekan angka stunting. Kendati, saat ini ada ketidaksesuaian data penurunan stunting antara yang tersedia di e-PPGBM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dengan yang tersedia di Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Lotim, Ahmat mengatakan berdasarkan data dari dari e-PPGBM angka stunting Lotim berada pada angka 15,67 persen per September 2024, sementara pada data SKI menunjukkan penurunan di angka 27,60 persen. “Data dari e-PPGBM tidak diakui pusat karena bukan sumber data nasional, itu berlaku untuk lokal,” ucapnya, Senin (30/09/2024).

Ketersedian data dalam e-PPGBM diakuinya Ahmat lebih lengkap ketimbang data SKI, bahkan ia sudah sering melakukan advokasi agar data e-PPGBM dapat digunakan untuk mengukur penurunan stunting di Lotim. “Kita sudah coba advokasi, tetapi tetap dipatahkan dengan SKI. Makanya sekarang mau ada proses survei lagi di 21 kecamatan dengan 78 desa untuk blok sensusnya,” terangnya.

Ahmat menginginkan dengan adanya angka kasus stunting (AKS) tentunya bukan hanya rekomendasi lagi, akan tetapi kasus-kasus yang tidak tergolong lagi seperti umur yang lebih dari lima tahun tidak agar tidak masuk dalam data stunting. “Hasil rekomendasi AKS ini tentunya akan ditindaklanjuti ke masing-masing dinas yang berkaitan. Kita berharap tahun 2024 sambil menunggu hasil SKI tentunya stunting dapat turun lagi,” jelasnya.

- Advertisement -

Target nasional penurunan stunting yakni 14 persen, angka tersebut pesimis dicapai pada tahun 2024 ini. Namun, Ahmat meyakini dapat terus turun hingga 2025 mendatang. Ia menyebutkan banyak faktor yang mempengaruhi susahnya menurunkan angka stunting, mulai dari angka pernikahan anak yang tinggi hingga pola asuh dan kesadaran masyarakat yang perlu ditingkatkan. “Saya rasa itu susah sekali kalau menurunkan sampai puluhan persen di tahun ini,” pungkasnya. (den)

- Advertisement -

Berita Populer