27.5 C
Mataram
Senin, 29 April 2024
BerandaBerita UtamaDampak Perkembangan Pariwisata, Dialek Bahasa Sasak Kupic dan Koper Terancam Hilang

Dampak Perkembangan Pariwisata, Dialek Bahasa Sasak Kupic dan Koper Terancam Hilang

Mataram (Inside Lombok) – Perkembangan pariwisata di NTB dinilai berdampak buruk terhadap pelestarian bahasa daerah. Di beberapa dialek asli di kabupaten di NTB terancam hilang misalnya, dialek kupic dan koper.

Akademisi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram), Burhanudin mengatakan, terancamnya dialek asli pada daerah pariwisata ini karena banyaknya warga asing yang mulai masuk. Dengan adanya kondisi ini, warga dituntut untuk bisa berbahasa asing hingga mempengaruhi dialek asli.

Untuk mencegah banyaknya dialek yang hilang, maka harus ada pencegahan yang dilakukan. “Adanya gempuran asing ini preventif sangat penting. Untuk varian satu bahasa tentu. Untuk bahasa Sumbawa dialek penuturnya sudah tidak ada. Dialek-dialek yang pakai kopic, koper, itu dialek di Lombok Tengah yang boleh jadi ciri khas tertentu yang boleh mendapatkan perhatian,” katanya, Selasa (26/7) di Mataram.

Burhanudin mencontohkan, di destinasi wisata Aik Bukak membutuhkan perhatian. Pasalnya penutur bahasa daerah sudah mulai berkurang. Hal ini karena penggunaan Bahasa Indonesia dan bahasa asing mulai berkembang di setiap destinasi wisata.

- Advertisement -

“Perkawinan campur dan ada aktivitas ekonomi di wilayah itu juga menyebabkan berkurangnya penutur,” terangnya.

Dosen Bahasa di FKIP Unram ini mengatakan, dengan adanya perkembangan tersebut, secara tidak sadar bahasa daerah akan hilang. Sehingga harus ada penguatan bahasa daerah di masing-masing daerah pariwisata. “Saya perlu penguatan di daerah-daerah pariwisata,” ucapnya.

Pembangunan di daerah wisata menjadi ancaman hilang bahasa daerah. Sehingga masyarakat akan meninggalkan bahasa daerahnya sendiri. Karena masyarakat yang tinggal di daerah wisata dituntut untuk memakai bahasa asing terutama Bahasa Inggris. Sehingga masyarakat setempat akan kehilangan identitas.

“Jadi ancaman karena pembangunan itu penting mau tidak mau mereka dipaksa memakai bahasa inggris. Cara tidak sengaja mereka meninggalkan bahasa daerah bahasa ibu,” ucapnya. Dengan adanya revitalisasi bahasa ibu yang dilakukan maka akan berupaya melestarikan bahasa daerah. Pelestarian bahasa daerah ini akan dilakukan mulai dari tingkat SD hingga SMA. (azm)

- Advertisement -

Berita Populer