31.5 C
Mataram
Sabtu, 27 April 2024
BerandaBerita UtamaKisah Pilu Warga Loteng, Ditolak Berobat di RSUD Praya hingga Anak Meninggal...

Kisah Pilu Warga Loteng, Ditolak Berobat di RSUD Praya hingga Anak Meninggal Dunia

Lombok Tengah (Inside Lombok) – Kisah pilu menimpa Awal Mahsyar, seorang warga Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah (Loteng) yang hendak membawa anaknya berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Praya. Lantaran mendapat penolakan dari pihak RSUD saat hendak berobat dengan alasan kamar tidak tersedia, anaknya terlambat mendapat penanganan medis hingga akhirnya meninggal dunia.

Awal mengatakan, kejadian itu bermula saat ia bersama istri dan keluarganya membawa anak mereka, almarhum Lailan Mahsyar Zainuddin berobat ke RSUD Praya. Sesampai di rumah sakit keluarga itu langsung menuju unit gawat darurat (UGD). Namun di sana mereka mendapat penjelasan dari petugas yang piket bahwa perawatan tidak bisa dilakukan lantaran ruangan sudah full.

“Ketika itu saya pergi parkir mobil, pas sampai depan dan saya masuk (UGD), anak saya sudah langsung ditolak, mertua dan istri saya balik tidak bisa di sini, sudah full kata petugasnya,” katanya saat ditemui di kediamannya, Jumat (14/10/2022).

Lebih lanjut istri Awal, Indra Itayani menuturkan saat itu dirinya tidak hanya ditolak petugas piket, melainkan satpam yang berjaga di RSUD itu juga turut melarang dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.

- Advertisement -

“Saya nggak dikasih masuk sama satpam, saya bilang di sini kan alatnya lengkap kayak gitu, tapi sudah full dan saya disuruh bawah aja dulu ke RSCM (Rumah Sakit Cahya Medika) dia bilang,” tuturnya.

Lebih lanjut, setelah terjadi penolakan oleh pihak RSUD Praya, ia sempat membawa anaknya mampir ke salah satu klinik. Namun dokter spesialis anak di klinik tersebut belum datang, sehingga Ita membawa anaknya langsung ke RSCM.

Sesampainya di RSCM, anak Ita sempat dipasangkan oksigen dan diinfus. Namun melihat kondisi pasien, pihak RSCM menyarankan agar segera dirujuk ke RSUD Praya.

“Saya disarankan untuk mencari kamar melalui orang dalam. Akhirnya, saya dapat kamar di RSUD Praya, tapi pas saya balik (ke RSCM, Red) anak saya meninggal,” ujarnya menyesal.

Dengan apa yang dialaminya, Ita dan Awal pun berharap pihak RSUD Praya bisa lebih mengedepankan pelayanan. Tidak hanya melihat kemampuan pasien untuk membayar, melainkan mengutamakan penanganan pertama agar pasien bisa selamat.

“Saya siap bayar, tapi apa anak saya sudah meninggal,” sesalnya.

Terpisah, Plt. Direktur RSUD Praya sekaligus Sekda Loteng, Lalu Firman Wijaya mengatakan pihaknya turut berbela sungkawa atas meninggalnya Lailan Mahsyar Zainuddin yang sempat dibawa oleh orangtuanya berobat ke rumah sakit tersebut.

Plt. Dirketur RSUD Praya bersama sejumlah dokter saat konferensi pers (Inside Lombok/Fahri)

Firman juga menjelaskan bahwa kondisi ruangan UGD yang dalam proses perbaikan mengakibatkan kapasitas ruangan menjadi minim, sehingga tidak bisa memanfaatkan fasilitas tersebut dan membuat pelayanan juga ikut terganggu.

“Saat itu ruang IGD sedang penuh, terutama alat inkubator yang dimiliki rumah sakit ada tiga unit dan digunakan semuanya,” katanya. Firman sendiri membantah adanya kabar jual-beli kamar di RSUD dan mendapat pelayanan apabila memiliki orang dalam. “Kalau ada oknum-oknum yang memperjual-belikan kamar, tolong kabari saya. Biar kita panggil,” tegasnya.

Sementara itu Dokter Rosyid yang saat itu bertugas berjaga di RSUD Praya mengaku telah melayani pasien sesuai dengan prosedur operasi standar dan melakukan pemeriksaan fisik. Namun kondisi IGD RSUD Praya yang penuh membuat pihaknya menyarankan agar pasien dibawa ke RSCM.

“Kami sudah melakukan tindakan sesuai SOP, sehingga kami telah menyarankan pasien untuk dibawa ke RSCM untuk mendapatkan perawatan,” ujarnya. (fhr)

- Advertisement -

Berita Populer