28.5 C
Mataram
Sabtu, 27 April 2024
BerandaKesehatanSekotong Jadi Penyumbang Tertinggi Kasus DBD di Lobar

Sekotong Jadi Penyumbang Tertinggi Kasus DBD di Lobar

Lombok Barat (Inside Lombok) – Dinas Kesehatan (Dikes) Lombok Barat (Lobar) mencatat ada 148 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditemukan di kabupaten tersebut sejak Januari hingga 22 Maret 2024. Dari catatan itu, wilayah Kecamatan Sekotong menjadi penyumbang kasus DBD tertinggi.

“Paling tinggi di Sekotong itu 36 kasus, kemudian Kuripan,” ungkap Kabid P3KL Dikes Lobar, Suhaili yang dikonfirmasi akhir pekan kemarin. Tingginya prevalensi kasus DBD di Sekotong ini disebutnya turut dipengaruhi oleh kondisi wilayahnya yang berupa daerah perbukitan dengan banyak saluran irigasi yang tidak lancar, atau menggenang dan rawan banjir.

Selain itu, kondisi cuaca saat ini yang masih tidak menentu rentan menimbulkan genangan air yang justru menjadi sarang nyamuk DBD untuk berkembang biak. “Kalau hujannya rutin kan airnya akan terus mengalir. Kalau sehari hujan, dua hari tidak, ini kan bisa membuat airnya itu mungkin mengendap, menggenang di beberapa tempat,” terangnya.

Pihaknya pun mengakui, jika dibandingkan dengan kurun waktu yang sama di 2023 lalu, angka ini terbilang cukup tinggi. Karena pada pada 2023 lalu, ada 268 kasus DBD yang dihitung secara kumulatif.

- Advertisement -

Kendati, Suhaili mengatakan hingga bulan Maret ini tidak ada pasien DBD yang meninggal dunia. Berbeda dengan tahun sebelumnya, ada dua kasus pasien DBD yang meninggal. Terkait rentang usia pasien DBD di Lobar, didominasi usia dari 15 – 44 tahun. Kemudian disusul rentang usia 5 – 14 tahun.

“Rata-rata dirawat di puskesmas dulu. Status pasien juga pulang dalam keadaan sehat,” tuturnya. Terkait penanganannya, Suhaili mengatakan Dikes Lobar telah melakukan upaya abatisasi atau pemberian serbuk untuk memberantas nyamuk di genangan air dan fogging sebagai langkah terakhir.

Sejauh ini, pihaknya telah melakukan 11 kali fogging pada lingkungan yang dianggap kasus DBD nya sudah parah. “Fogging ini bukan berdasarkan permintaan masyarakat. Kami akan lakukan sebagai langkah terakhir, dan sejauh ini belum ada KLB (kasus luar biasa),” pungkasnya.

Suhaili menyebut pihaknya terus melakukan upaya pencegahan dengan mensosialisasikan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dengan konsep 3M Plus. Yakni, menguras dan menyikat bak penampungan air. Menutup tempat penampungan air. Kemudian memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Serta, menggunakan obat nyamuk, penaburan larvasida, pemasangan kawat. Hingga gotong royong untuk menjaga dan membersihkan lingkungan. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer