27.5 C
Mataram
Selasa, 30 April 2024
BerandaPendidikanSMK di NTB Hasilkan Puluhan Ribu Lulusan per Tahun, Perlu Pemetaan Potensi...

SMK di NTB Hasilkan Puluhan Ribu Lulusan per Tahun, Perlu Pemetaan Potensi Kerja

Mataram (Inside Lombok) – NTB memiliki sekitar 334 sekolah menengah kejuruan (SMK). Antara lain terdiri dari 99 SMK Negeri dan 235 SMK Swasta. Setiap tahunnya, ratusan sekolah itu rata-rata menghasilkan sekitar 35 ribu orang lulusan yang perlu dipetakan hendak bekerja di mana dan melanjutkan ke mana.

Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) NTB, M Khairul Ihwan menerangkan setiap SMK di NTB sejak awal 2023 ini didorong lebih fokus mengembangkan satu hingga dua jurusan yang berkaitan. Upaya ini menjadi cara pihaknya melakukan refocusing core untuk SMK, guna memudahkan proses pembelajaran agar hasilnya lebih efektif dan efisien.

Ihwan menjelaskan refocusing core bertujuan untuk mengembalikan marwah pendidikan SMK dan mempercepat penyerapan tenaga kerja terampil. Hal ini juga menjadi bagian dari arah kebijakan pendidikan SMK di NTB yang tertuang dalam 11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya yang dijalankan pemerintah sejak awal 2023 ini.

“Refocusing core SMK Dikbud NTB ini sudah berjalan. Ini menjadi bagian dari 11 strategi SMK NTB Gemilang Karya yang kita jalankan saat ini,” kata Ihwan. Lebih jauh, 11 strategi SMK NTB Gemilang karya bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan SMK harus terampil dan berkompeten di bidangnya. “Lulusan SMK NTB harus terserap, baik dalam dunia kerja, melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan juga berwirausaha,” lanjutnya.

- Advertisement -

Adapun 11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya antara lain:

  1. Refocusing core SMK. Refocusing core untuk memudahkan tata kelola yang baik, efektif dan efisien. Tidak mungkin satu SMK menyediakan pendidikan beranekaragam jurusan yang tidak berkaitan. Oleh karena itu, SMK harus dikembalikan ke marwahnya semula, misalnya teknologi rekayasa dan manufaktur atau dulu STM, harus kembali. Tidak boleh ada jurusan pertanian di dalamnya, sebaliknya SMK Pertanian tidak boleh kelola jurusan pertambangan, jurusan Listrik, atau komputer di dalamnya, karena akan menyulitkan tata kelola. Maka dalam refocusing kita kembalikan SMK ke marwah sebenarnya, karena kalau masih multi-core itu kita akan kesulitan tata kelola program. Maka sukses refocusing adalah tujuan pertama dalam strategi ini.
  2. SMK harus segera menjadi BLUD. Dengan menjadi BLUD memudahkan menjalin kerjasama SMK dengan dunia industri. Perjanjian kerjasama bisa dilakukan dengan mudah, kemudian hasil praktik anak-anak bisa dikolaborasikan dengan industri. Bayangkan saja kalau praktik menghasilkan produk misalnya jajan, roti kemudian akan terbuang sia-sia jika tidak dimitrakan dengan industri. Nah, ruang memitrakan itu, maka SMK harus menjadi BLUD,” katanya.
  3. Pembelajaran berbasis produk yang dikemas dalam teaching factory. Aktivitas kegiatan pembelajaran di SMK selalu melahirkan produk dan jasa. Ke depan produk dan jasa yang dihasilkan ini harus bisa bernilai industri dan harus bisa dijual dan diterima oleh masyarakat luas. Teaching factory juga menjadi indikator kompetensi para siswa SMK. Disitu indikator suksesnya sebuah praktek di sekolah. Misalnya SMK jurusan permesinan, dia potong besi dan dibuat produk tidak boleh jadi rongsokan tetapi harus bisa diterima oleh pasar. Kegiatan pembelajaran yang tadi ketika diterima pasar, maka siswa itu sukses dalam pembelajaran ptaktej dan materi. Kalau ada siswa yang hasilnya tidak diterima industri berarti dia tidak lulus kompetensi.
  4. Pembelajan berbasis proyek yang dikemas dalam Kelas Wirausaha. Kelas di luar jam sekolah ini merupakan kumpulan dari beberapa siswa lintas jurusan. Misalnya saja, siswa jurusan mesin, elektronik dan pengelasan kolaborasi dalam membuat sepeda listrik.Sepeda listrik itu hasil kolaborasi dari beragam jurusan yang dilakukan di luar jam sekolah, ini yang disebut Kelas Wira Usaha. Sehingga ke depan SMK ini bisa menjadi ujung tombak Indsutrialisasi di NTB,” jelasnya.
  5. Link and match antar SMK dengan dunia indsutri. Perjanjian kerjasama harus didesain dengan jelas dan tak sekadar MoU yang terkadang kabur tolak ukurnya. Misalnya ketika industri membutuhkan tenaga kerja maka dia prioritaskan lulusan SMK mitranya.Atau ketika membutuhkan bantuan tenaga ketika ada over produksi, harus libatkan siswa SMK. Sebaliknya ketika SMK butuh guru tamu dari industri, maka industri menyiapkannya. Jadi ada link and match.Dunia industri lebih dulu maju dengan perkembangan teknologi, sehingga untuk mengimbanginya dunia pendidikan juga harus melakukan terobosan.
  6. Program magang guru ke dunia industri.Agar para pendidik juga bisa mendapatkan update teknologi di dunia industri yang terkini.
  7. Program guru tamu. Setiap SMK harus mulai mengundang guru tamu dari dunia industri. Baik praktisi, pengusaha, para ahli yang datang ke sekolah untuk mengajar sesuai kompetensi keahlianya.Sekolah harus sering mengundang guru tamu karena banyak pengalaman yang bisa dibagi ke siswa.
  8. Bursa Kerja SMK. Unit ini dibangun di tiap SMK yang bisa berkolaborasi dengan Disnaker dan juga job fair umum.
  9. Membentuk lembaga sertifikasi internasl SMK. Ada beberapa industri yang membutuhkan tenaga kerja bersertifikat. Maka dalam sekolah harus bisa difasilitasi lembaga sertifikasi internal untu memudahkan. Memang syaratnya agak berat, tetapi harus diupayakan, hadir di sekolah. Kalau SMK ada lembaga sertifikasi maka itu berarti mutunya sudah baik.
  10. Menumbuhkan kembali budaya kerja di lingkup SMK. Saat ini seperti ada yang mulai luntur di siswa lulusan SMK adalah Karakter Kerja, Disiplin. Budaya kerja dan industri harus mulai kita budayakan lagi dengan Budaya Kerja atau Sabtu Budaya. Dalam program ini diatur bahwa setiap Sabtu para siswa SMK bisa membersihkan ruang praktek, menerapkan standar keselamatan kerja, dan mengerjakan sesuatu sesuai bidang dan kejurusannya. Intinya semua aktivitas yang akhirnya bisa membiasakan budaya kerja.
  11. Kunjungan Industri. Para guru dan siswa bisa melakukan wisata belajar atau kunjungan ke dunia industri yang ada. Karena seluruh insan sekolah baik itu guru siswa harus mengenal industri yang sesuai dengan program jurusan SMK.

Ihwan memastikan 11 Strategi SMK NTB Gemilang Karya sudah mulai berjalan dan dilakukan masing-masing SMK di NTB. “Sudah berjalan. Kami terus melakukan evaluasi tiap bulan. Sejauh mana 11 strategi ini bisa dilakukan Kepala Sekolah dan bagaimana evaluasinya yang perlu kita benahi di masing-masing sekolah,” tutur Ihwan.

Diakui, puluhan ribu lulusan SMK di NTB setiap tahunnya akan gagal disalurkan ke dunia kerja maupun pendidikan lanjutan jika tidak terpetakan dengan baik. “Sehingga 11 strategi ini kita buat untuk memastikan lulusan SMK bisa maksimal terserap, baik di dunia kerja maupun berwirausaha,” ujarnya. (r)

- Advertisement -

Berita Populer