27.5 C
Mataram
Kamis, 18 April 2024
BerandaSastraPuisiPerang Dingin: Jalan Lain > Distopia - Puisi Mochammad Aldy Maulana Adha

Perang Dingin: Jalan Lain > Distopia – Puisi Mochammad Aldy Maulana Adha

/1/

Semua omong kosong ini
dimulai dari Gavrilo Princip
Invasi Jerman di Danzig
Konferensi Postdam = Juli 1945
Pascaperang > perang ideologi <
71% hidrogen & 27% helium
Memproduksi perang bintang
yang diperawani satelit: Sputnik 1
Laika pergi ke ruang angkasa
USA mengirim satelit: Explorer 1
Yuri Gagarin tetap yang pertama
Neil Armstrong juga yang pertama
menginjak bulan > kasian Buzz Aldrin
Sebab hanya ada juara pertama, sedang
sisanya hanya figuran—perlahan terlupakan.

/2/
Sebelum Megalomania, Tuhan ciptakan
Adolf Hitler beserta Fasisme di dunia
yang meyakini ras unggulan: Arya
Terlihat sama seperti Rangga Sasana
Seperti orang yang berkata pemimpin
Jerman Reich ke-3 itu mati di Surabaya
atau penulis buku “Garut Kota Illuminati
yang mungkin yakin Atlantis di Laut Jawa
Setelah berkibarnya palu-arit di atas
Gedung Reichstag yang terlunta-lunta
Semenjak perang parit jadi semacam
ajang ‘tuk unjuk gigi bagi senjata kimia
& dengan kecepatan cahaya, bumi
terbelah jadi 2 kutub-kekuatan besar,
Serupa benua: Gondwana & Laurasia
Bumi jadi miniatur neraka 2 buah blok
yang sama-sama goblok, & non-blok
hanya menghitung Doomsday Clock
Knock-knock, apakah sudah kiamat?
Diundur dulu kayaknya, kameradku…

/3/
Mending ngudud dulu!” kata Soekarno
pada sohib ampegnya: Nikita Khrushchev
<skip woi, ceritanya 26 Desember 1991>
USSR runtuh, Komunisme runtuh, ah-uh
Bau Juche tercium dari ketek Kim Jong Un
“Sudah kubilang, aku sukanya Kim Bum
atau Kim Tae-hyung!” katamu sembari
makan Tteokbokki > susah nulisnya cok
Ok hyung, nanti aku cerita tentang Perang Korea, ya sayangku? Tapi, tetapi, btw kumau

- Advertisement -

hatur-tengkyu dulu ke: Glasnost & Perestroika.

/4/
Chao Xian Zhan Zheng
Hmmm terdengar sangat dimsum, ya?
Tapi ini bukan tentang Cao Cao, Guan Yu
Lu Bu, Wu, Shu, Han, atau Revolusi Xinhai
atau Chinatown di Suryakencana, Bogor
Tapi perlu aku akui, Cindo memang juara
<xixixixixixixixi gak nyambung, dasar B2>
Itu tentang perang: negara ginseng,
yang meletus sebelum Tembok Berlin
Dibangun dari New York & Moskwa
Penyebabnya yaaaaaa siapa lagi kalau
bukan si Diktator TBL: takut banget loh
Jadi begini, aku sebenarnya curiga >
Joseph Stalin punya Anxiety, Gulag
adalah buktinya— Leon Trotsky emosi;
O gini rasanya digetok ice-ax-wielding
di Meksiko, eh lupa, kan mau bahas oppa…

/5/
<ceritanya beneran lupa>
Berikut adalah dampak dari
perang dingin yang memanas—
Lahirnya beberapa distopia seperti >
SALT I, SALT II, COMINFORM, NATO,
PAKTA ANZUS, PAKTA WARSAWA,
[KENAPA AKU CAPSLOCK COBA?]
Perang Korea, Perang Indochina,
Krisis Rudal Kuba, & Kapitalisme kian
menggurita, pasar bebas makin bebas,
& yang terburuk: orang Prancis > phobia
Vietnam Drip, sebab takut ada Việt Cộng
bergerilya di antara Robusta & Arabica,
Ya lagian, suruh siapa pakai M16 coba >
Mending AK-47, meski recoil-nya kek asu
(now playing: Soyuz Nerushimyyyyyyyy)
Nguyen-Nguyen-Nguyen blokir Rambo
>>mengandung pembodohan massal<<

/6/
Sayangku, ketika negara-negara
di Eropa berperang—maka, korban
pertamanya adalah negara-negara
di Asia, di Afrika, di Amerika Utara,
di Amerika Selatan, di Australia, di
Antartika > tuh, kan penguin jadi makan
Krustasea pakai topping krisis iklim <
“Kiko enak tau!” kata Suku Eskimo di
dalam igloo —apa nggak hipotermia?
Maklum, aku adalah makhluk tropis—
“Demi tuhan, saya ateis!” kata Paman Sam
pada Vladimir Putin yang sudah pasti
Kristen Ortodoks seperti bapack2
Saint Petersburg pada umumnya
setelah perang dingin > jadi bertobat
di jalur samawi, mari lupakan: cyka blyat!

/7/
Jujurly, aku menyukai hampir semua
yang berbau Rusia, misalnya kalau lagi
main PUBG, ya push rank di Erangel —
Ngegoblok di Sanhok, nge-prone mulu >
Tapi begitulah cara perang di Benua Kuning
>biar nggak dimakan buaya air asin
akamsi Pulau Ramree— Charles de Gaulle
malah bawa Liberté, Égalité, & Fraternité >
ke Saigon > harusnya sih bawa Autan atau
minimal obat nyamuk bakar lah: Baygon >
Punten Monsieur, apaguna batalion kalau
Takut bentol, atau buta-map, kayak mostly
Orang Amrik > suka mabal mapel: Geografi_
Ok, mari masukan 50 kubik Pasir-Geopolitik
ke dalam kepala Benito Mussolini > PD II
dipercepat Italia ketika berganti kubu >
dari Axis ke Telkomsel by U—eh Sekutu.

/8/
Negara Dunia Ketiga berkubang
dalam roman kesenjangan sosial;
Yang kaya makin kaya, yang miskin
makin-makin > seperti gelandangan
di tanah sendiri, sedang Demos dan
Kratos terpenjara di dalam sebuah gim:
God of War di rental PS 2 > vibes-nya
Seperti Socrates yang benci Demokrasi
Seperti Aristoteles nyontek Fiersa Besari
Seperti ketika kepala bapak kau pecah
dalam obat asam urat yang bau: Patriarki
>Puisiku bukan puisi, tapi kata-kata lindap
yang berak > tahu dunia ini tak bermakna <
Ia tak mati-mati, meski 3 Permen Loli Milkita
setara dengan segelas susu > atau meski
perang dingin selesai di arsipelago: Malta
Meski saksinya hanyalah kapal perang
kebanggaan Uni Soviet > Maxim Gorky <

/9/
Sejarah keluar dari kamar persalinan
setelah bendera putih dikibarkan dan
negara yang kalah, sejarahnya dituliskan <
Masyarakatnya berkalang debu & darah >
yang merah, semerah Senyap dan Jagal
besutan Joshua Oppenheimer > semerah
bibir Taylor Swift ketika nyanyi Genjer2>
Seperti dalih pembunuhan massal setelah
30 September yang kelabu, yang baunya
seperti api di Perpustakaan Alexandria
> sisanya, teori konspirasi diperlakukan
layaknya karya seni —jadi berhala baru
> percaya Izrail rela kerja lembur di
Kamp konsentrasi Auschwitz demi Nazi
atau alasan di balik Dwight Eisenhower
mengamini pembentukan NASA, selain
gabut & takut kalah saing dengan > Slavia
Sesudah CIA menyerah bunuh Che Guevara
7,85 miliar penduduk dunia jadi badut sulap
“Mampus kau dikoyak-koyak Efek Mandela!”
kata seseorang yang berjihad melawan
penyakit memori dengan belajar sejarah >
Ingatannya melampaui kecepatan cahaya <

/10/
Epilog: kupunya kawan, namanya Fidel
(now playing: Camila Cabello – Havana)
bukan Castro, tapi mungkin saja ibunya
punya suami seorang aktivis kiri-mentok
[ceritanya mengetuk pintu-hati negara
pakai lagu Homicide di hari kamis yang
hitam—seperti dendam, impunitas harus
dibayar tuntas. Pak, bapak saya mana?]
Tok-tok-tok, maaf, apakah negara bilang
assalamualaikum atau minimal permisi
ketika menculik aktivis pakai karung lalu
dibuang, dilarung, di sungai tanpa sangsi?
>>coba kau pikirkan, coba kau renungkan<<
Gimana rasanya bucin sama orang yang
jarang pulang & jarang mandi > sekalinya
pulang, keluarga bermandikan air mata
= tak ada yang tahu, di manakah ia berada
“Statum Brutum Amorfati!” seru Nietzsche
dari dalam kubur dengan suara lantang
Sebab seseorang harus membawa Republik
Irlandia ke Dokter THT > healing dulu biar
gak badmood, biar gak ada lagi yang hilang.

(2022)

***

Mochammad Aldy Maulana Adha lahir di Bogor, Jawa Barat—pada 27 Maret 2000. Bukunya: Timbul Tenggelam Philo-Sophia Kehidupan (2020); Timbul Tenggelam Spirit-Us Kehidupan (2020); Trias Puitika (2021). Pembaca yang suka menulis ini adalah penerjemah, kreator sekaligus kurator puisi, prosa dan cerpen. Editor Omong-Omong Media.

 

- Advertisement -

Berita Populer