27.5 C
Mataram
Senin, 29 April 2024
BerandaBerita UtamaCerita Dian: Perempuan Muda Asal Lingsar Kenalkan Ketak hingga ke Mancanegara

Cerita Dian: Perempuan Muda Asal Lingsar Kenalkan Ketak hingga ke Mancanegara

Lombok Barat (Inside Lombok) – Siapa sangka, di balik melejitnya kerajinan ketak di pasaran, ada sosok perempuan muda yang berani ambil risiko dan rela mencoba berbagai hal untuk mewujudkan mimpinya. Khususnya agar ketak dapat lebih dikenal, hingga menjadi tren fesyen kawula muda.

Adalah Dian Eka Purnamasari, perempuan muda asal Lingsar, Lombok Barat yang rela keluar dari zona nyamannya sebagai anak muda untuk meneruskan usaha keluarganya dibidang kerajinan ketak, yang ia beri nama “Ketak Nusantara”.

“Sebenarnya karena keinginan pribadi (mengembangkan usaha) dan termotivasi sama orang tua. Karena yang mengawali ini kan orang tua,” kata Dian, sapaan akrabnya, saat ditemui di toko kerajinan ketak miliknya, Kamis (21/04/2022).

Walau masih dihantui rasa takut gagal, Dian tidak membatasi diri untuk terus berkembang. Terlebih, usaha yang telah dirintis oleh sang ibu telah berusia puluhan tahun. Sehingga ia memberanikan diri untuk terus berkembang dan berinovasi.

- Advertisement -

“Kalau saya sebagai anak perempuan pertama tidak ikut terjun ke dunia usaha ini, lalu siapa yang akan melanjutkan?” imbuhnya.

Terlebih, ia telah dikenalkan dengan dunia usaha kerajinan ketak tersebut sejak kecil. Dian sering diajak sang ibu untuk melihat proses produksi hingga pemasaran. Karena ketak yang diproduksi sang ibu kerap kali ikut pameran bergengsi, bahkan hingga ke luar negeri.

“Saya dari kecil sudah diajari cara menganyam-nya gimana, cara jualnya gimana,” imbuh dia. Karena itu ia berani mengambil langkah untuk menggarap usaha ketak yang masih jarang dilirik anak muda seperti dirinya.

“Dengan melakukan berbagai inovasi yang saya sesuaikan juga dengan selera anak muda jaman sekarang,” tutur Dian. Dengan begitu ketak yang diproduksinya agak sedikit berbeda dengan hasil produksi sang ibu. Tak jarang, perbedaan pandangan pun kerap terjadi di antara mereka. Karena anak muda diakuinya lebih berani mengambil risiko, termasuk untuk promosi yang tak mengeluarkan biaya sedikit.

Dengan upaya yang dilakukannya, Dian mengaku ingin produk lokal di daerah bisa lebih dikenal kalangan muda. Terlebih pelaku usaha lokal sudah bisa memproduksi dengan harga yang tidak terlalu mahal.

Untuk bisa mencapai misi itu, Dian pun rela jor-joran promosi hingga menggandeng para selebgram terkenal. Kini, keberaniannya membawa Dian menjadi satu-satunya pengusaha perempuan paling muda di NTB. Bahkan produknya sudah mampu menembus pasar mancanegara.

Untuk daerah pengiriman sendiri, yang tetap aktif hingga kini meliputi Jepang, Korea, Amerika, Inggris, Portugal. Selain itu, ia juga berhasil memperoleh beasiswa dari Kementerian Perindustrian untuk melanjutkan sekolah tekstil di Bandung.

“Alhamdulillah sekarang sudah lulus dan dua tahun punya kewajiban untuk kontrak sebagai penyuluh ke IKM-IKM di Disperindag daerah masing-masing,” bebernya.

Lika-liku mengembangkan usaha yang tak mudah, telah dilaluinya. Terlebih situasi pandemi yang membawa dampak yang cukup signifikan bagi usaha ketak yang dijalankannya. “Apalagi kan kita sebagai anak muda, pemula, banyak juga tantangannya baik dari segi materi maupun mental,” ungkap Dian.

Rumah produksi ketak yang dikelolanya pun kini bisa membuka lapangan kerja, hingga bisa merangkul 500-600 orang pengrajin ketak. Yang tak lain adalah orang-orang yang ada di sekitar rumahnya.

“Pesannya untuk anak muda sih, coba saja dulu. Jangan takut walaupun mungkin pasti ada gagalnya. Tapi coba saja lagi, pasti ada titik kita ketemu sama rasa cinta dan cocok terhadap apa yang kita lakukan,” pesan perempuan 24 tahun ini.

Dian mengakui, saat ini keterlibatan anak muda masih minim dalam bidang usaha, terutama IKM. Padahal, kata dia, peran anak muda dibutuhkan untuk dapat memberi pandangan dan ilmu yang lebih relevan dengan perkembangan saat ini.

“Cuma, kadang anak muda sekarang kan kalau sudah tidak suka, ya sudah, tidak akan dia jalani,” sesalnya. Dalam perjalanan karirnya, Dian mengakui bahwa tak jarang orang yang memandang sebelah mata terhadap dirinya yang merupakan seorang perempuan.

“Masih ada saja sih omongan orang, misalnya kok pergi jualan ke sana sendiri, padahal jauh, perempuan pula,” keluhnya.

Namun, ia menilai menjadi perempuan bukan halangan untuk terus berkembang, selama masih mampu untuk menjalaninya. Karena perempuan bagi Dian juga mampu untuk mengelola usaha, walaupun usianya terbilang masih muda. Tinggal tergantung bagaimana pola pikir masing-masing orang untuk bisa memulai dan menjalani apa yang diinginkannya. (yud)

- Advertisement -

Berita Populer