30.5 C
Mataram
Kamis, 16 Mei 2024
BerandaSastra

Sastra

Catatan Perjalanan di Suatu Pagi – Puisi Polanco S. Achri

Catatan Perjalanan di Suatu Pagi Menembus tebal kabut jalanan yang masih sepi; pepohonan begitu seperti bayang-bayang hidup. Mungkin hewan, siluman, atau yang lain lintasi; mungkin sekadar tuk mencari...

Jalan Menuju Gelap – Cerpen Robbyan Abel Ramdhon

Angin akhir bulan November sedikit berair dan suasana terasa mencekam. Helipad di atas rumah sakit juga sepi tanpa helikopter. Belakangan memang banyak orang mati. Kenapa...

Dokumen Kematian Bapak – Puisi Chaidir Amry

Seandainya Bapak Mati tangis takkan kupecah meski airmataku jatuh ketika cambuk gemuk bapak melesat ke kurus tubuhku. atau bapak tidak akan mendengar tangisku seperti ia yang tidak mendengar jatuhnya airmata pertamaku karena sibuk...

Earthquake – Puisis Budhi Setyawan

Technical Difficulties : paul gilbert bagaimana sebaiknya mendefinisikan ihwal apa yang mesti diulang ulang dari pekerjaan yang disebut melamun bukankan kenisbian mengalir di udara yang telah diberati polutan lalu dihirup para...

Kain Tenun Komodo dan Nanas Emas – Cernak Fadil Setia Gunawan

Kanaya hidup bersama Ayah dan Ibunya di rumah kecil beratap jerami. Ayahnya seorang nelayan dan Ibunya penenun. Mereka tinggal di desa Kalamba. Desa ini...

Vendetta – Cerpen Julia F. Gerhani Arungan

Apa yang berikutnya terdengar adalah derap kaki. Derap kaki yang berjalan dengan teratur dan sabar. Derap kaki yang memiliki kuku-kuku tebal dan keras, diikuti...

Siang di Gunungsari – Puisi Lalu Mungguh

Kremasi Tentang semua yang telah terjadi kita bunuh pelan-pelan saja Ia layak mati Karena tumbuh menjadi benalu Kita siapkan saja peti mati Dan bersama kita kremasi Setelahnya Kita labuhkan di senja nanti Pada...

Sambal (Patah) Hati – Cerpen Riyana Rizki

“Aku tidur dengan orang lain.” Kalimat singkat Serena mampu menahan Gantar untuk tidak lagi bicara. Cangkir yang baru saja ia angkat tertahan menuju bibirnya. Sejenak...

Getsapaki – Puisi Agus Sanjaya

Getsapaki Aku menyatu bersama bombardir waktu mendekap malam yang terasa panjang ini saat istri dan anakku disandera maut menangisi takdir yang semakin menciut Tuhan, di manakah istana-Mu? aku ingin mencurahkan...

Perempuan yang Mengutuk Takdir – Cerpen Sisik

Perempuan itu terus saja berjalan di tengah hujan, menyusuri jalan raya yang lengang dari kendaraan. Airmatanya telah bersanggama dengan air hujan. Kepalanya terus menunduk...

BERITA POPULER

- Advertisement -spot_img